Blue Fire Pointer
Minggu, 31 Januari 2016 0 komentar

TENTANG APA YANG KUSEBUT SEPEREMPAT ABAD (JANGAN DIBACA!)


TENTANG APA YANG KUSEBUT SEPEREMPAT ABAD
(JANGAN DIBACA!)
Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha


.
31 Januari 2016, tepat seperempat abad aku menghirup oksigen di planet yang disebut bumi ini. Usia yang sudah tidak terbilang muda lagi. Usia 25 ini memang berbeda. Di usia yang satu ini, lingkungan akan membentuk menjadi pribadi yang lebih dewasa. Keputusan-keputusan besar (mungkin) harus mulai diambil. Selain itu tuntutan lebih bertanggungjawab pada setiap pilihan yang diambil juga mulai muncul. Orang bilang, saat kita telah menginjak usia 25, kita tak akan menjadi orang yang sama. Ungkapan ini (sekali lagi, mungkin!) ada benarnya. Sebab, selepas kita memasuki usia 25 kita akan dihadapkan dengan banyak realita, yang terkadang harus diterima begitu saja. Lalu, apa yang akan kulakukan diusiaku yang ke 25 ini? Akankah aku membuat video goyang dua lima? Tentu tidak! Bukan! Aku tidak senorak itu. Namun disini, aku akan berusaha berkontemplasi.
.
TENTANG USIA, 25 itu merupakan usia yang merupakan gerbang awal menuju taraf dewasa. Bahkan para ilmuwan dari Pittsburgh School of Medicine yang telah melakukan riset menyebutkan bahwa, seseorang belum menjadi dewasa sampai menginjak usia 25 tahun. Salah seorang psikiater dari Pittsburgh School of Medicine yang bernama Beatriz Luna pun menyebutkan bahwa keinginan remaja untuk mencari sensasi dan kebaruan mulai meningkat manakala mereka hidup mandiri dan tidak lagi tinggal bersama orang tua atau keluarga. Saat remaja, bagian otak yang sangat menentukan seseorang memiliki keinginan mencari sensai atau berpetualang bekerjasama dengan “pusat perencanaan” otak atau korteks prefrontal untuk mendorong rasa ingin tahu serta keinginan untuk mencoba hal baru. Dan diusia 25 ini dianggap sebagai puncak perubahan dari remaja menuju dewasa.
.
TENTANG ASMARA, akan sering dijumpai pertanyaan semacam “kapan nikah?”. Hampir dapat dipastikan 90% orang pernah ditanyai pertanyaan singkat namun pedih hingga mengiris-iris hati itu ketika menjelang atau menginjak usia 25. Entah itu dari keluarga, teman, tetangga, temannya tetangga, atau siapapun akan sering menanyakan kapan menikah kemudian dibanding-bandingkan dengan teman atau keluarga seumuran yang sudah menikah. Sebenarnya, siapa sih yang tidak ingin menikah? Aku pun juga ingin. Hanya saja pertanyaannya, sudah siap kah? Sudah bertemu jodoh kah? Menikah dan berhenti pada seseorang yang kita cintai memang terasa menjanjikan namun kita tidak harus menikah hanya karena kita merasa ketinggalan.
.
Memang tidak dipungkiri bahwa usia 25 itu merupakan sebagaimana diisyaratkan Nabi Muhammad ketika menikahi Siti Khodijah. Dalam filosofi jawa pun, kita mengenal angka “SELAWE”. Dari sekian banyak angka dari 21 hingga 29 pada bahasa jawa, terdapat pengecualian untuk angka “dua puluh lima” dalam segi penyebutan. Kita tidak mengenal sebutan limang likur, namun kita mengenal “selawe”. “Selawe” disini merupakan kependekan dari “seneng-senenge lanang lan wedok” yang artinya puncak asmara bagi laki-laki dan perempuan yang ditandai dengan pernikahan. Oleh karena itu, mayoritas orang menikah pada usia tersebut. Saat berusia 25, sebagai orang dewasa, sudah terpampang nyata didepan mata bahwa akan ada kekuatan maha dahsyat yang memaksa kita untuk mengalahkan semua perasaan yang ada. Pada usia ini pula yang kuharapkan dapat melepas masa lajangku, bismillah wa biidznillah. Bahkan ungkapan menggelitik kudapat dari siswaku tadi pagi yang berkata,
“Pak Nuha, selamat ulangtahun yaa… Semoga segera menikah. Oh iya pak, kalau mencari istri jangan yang cantik, Pak. Kalau orang cantik itu paling 20 tahun lagi akan hilang cantiknya. Kalau orang jelek? Akan awet pak… Iya, awet jeleknya”
.
TENTANG PENDIDIKAN, saat memasuki usia 20-an awal seakan menjadi penanda pintu gerbang keberhasilan. Di usia-usia tersebut kita sering berharap sudah dapat meraih segala apa yang menjadi mimpi kita. What will I do with this life? Is this the life I really wanna pursue? Dahulu aku berharap pada usia ini seluruh kegalauan sudah ditemukan semua jawabannya. Tapi justru sebaliknya. It’s just a beginning. Ini baru step awal dari perjalanan panjang dari etape selanjutnya. Masih banyak yang musti diusahakan selepas usia 25 karena impian tak lunas begitu saja walau usia sudah menginjak seperempat abad lamanya. Terlebih didunia pendidikan, meski gelar S1 dan S2 telah ditangan. Namun setelah ini, show must go on. Sesungguhnya aku belum tahu apa-apa. Bahkan dengan dua ijazah jenjang pendidikan itu aku merasa khasanah keilmuan yang kumiliki belum begitu banyak. Dalam benakku masih muncul mimpi untuk melanjutkan S2 yang linier atau meraih lambang supremasi tertinggi di jenjang S3 baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Can I? We’re gonna see. Wallahu a’lam.
.
TENTANG KARIR, menjelang usia 25 merupakan step awal menuju kemapanan secara financial. Namun kesuksesan tidak melulu soal uang saja. Ini akan berubah menjadi lebih sederhana. Definisi sukses di usia ini mulai bertransformasi. Perlahan kita akan menyadari bagaimana kita menjadi bahagia yang seutuhnya. Kebahagiaan tidak selalu datang dari perhitungan matematis macam itu. Dalam filosofi jawa, memang banyak penyimpangan, terlebih saat memasuki hitungan LIKUR. Dalam perhitungan bahasa Indonesia kita mengenal dua puluh satu, dua puluh dua, dua puluh tiga dan seterusnya hingga dua puluh sembilan. Sebaliknya, dalam perhitungan bahasa jawa kita tidak mengenal angka rong puluh siji, rong puluh loro, rong puluh telu, dan seterusnya hingga rong puluh songo. Kita mengenal satuan likur dalam perhitungan jawa sehingga bilangannya menjadi selikur, rolikur, telu likur, dan seterusnya. Lalu apa yang tersirat dari ini? Likur merupakan singkatan dari lingguh kursi atau “duduk dikursi”. Dalam hal ini, bagi siklus kehidupan manusia, usia 21-29 merupakan usia dimana manusia memperoleh “tempat duduknya”, baik berupa pekerjaan maupun profesi yang akan ditekuni dalam kehidupannya. Pada usia tersebut, kebanyakan orang memiliki pekerjaan yang mapan, ntah sebagai guru, dosen, dokter, pedagang, dan sebagainya. Sedang diusiaku yang ke 25 ini, aku hanya dapat berharap kedepan aku dapat meraih definisi sukses dalam karir, terlebih sesuai dengan khasanah keilmuan yang kumiliki maupun sesuai dengan kemampuan kukuasai.
.
TENTANG KESEHATAN, segala puji bagi Allah, Maha Penguasa seluruh alam sehingga sampai detik ini tidak ada kendala kesehatan yang cukup berarti. Sebagaimana setiap ulangtahun, orang akan selalu mendoakan semoga panjang umur. Ya! Definisi “panjang umur” disini kuartikan bukan hanya usia yang hingga ratusan (namun jika itu merupakan bonus dari Allah, sekali lagi kuucapkan, Alhamdulillah), namun “panjang umur” dalam arti, dengan nikmat kesehatan yang dianugerahkan oleh Allah, kuharap dapat bermanfaat bagi orang lain dengan sinar keberkahan yang memancar hingga sepanjang masa. Sebagaimana cita-citaku ketika masih kecil yakni ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa, agama dan keluarga. Klise memang, namun jika dicermati lebih mendalam, ini mengandung arti yang luar biasa yang menjadi “passion”-ku dalam menjalani kehidupanku.
.
Dan pada akhirnya, pada bagian penutup dari tulisanku ini, aku hanya dapat bermunajat ke hadirat Dzat Pengijabah segala doa, semoga diusiaku yang ke 25 ini dapat menjadi orang yang lebih dewasa dan mapan secara pola pikir, emosional, spiritual, dan financial sehingga usia seperempat abad ini menjadi gerbang awalku menapaki kehidupan baru. Kesimpulan dari tulisanku ini, silakan menyimpulkan sendiri.
.
Selamat datang usia dua lima, selamat datang dunia baruku.
 
;