Blue Fire Pointer
Selasa, 30 Juni 2015 0 komentar

RAMAHLAH KEPADA TUAN RUMAH

RAMAHLAH KEPADA TUAN RUMAH
Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha



Sore kemarin aku pergi ke MAN 2 Tulungagung untuk melaksanakan penelitian demi pengerjaan thesis yang tak kunjung kusentuh itu. Segera kupacu kuda besiku menuju sekolah yang satu lokasi dengan MAN 1 Tulungagung dan MTsN 1 Tulungagung itu. Aku pergi ke tempat itu agak petang. Segera kuparkirkan motorku didepan masjid sekolah yang dalam tahap renovasi itu. (Pertanyaan : Berapa kata “itu” yang kugunakan dalam paragraf ini? Haha)

Tanpa babibu, segera kutemui salah seorang siswa yang kebetulan berada didepan Ma’had.
Assalamu’alaikum, pengasuh pondoknya ada?”, Tanyaku.
Ada. Silakan masuk
Ternyata Sang Tuan Rumah sedang mandi. Aku ditemui oleh istrinya. Setelah sedikit berbincang, ternyata beliau adalah pengasuh ma’had putra, sedangkan yang kucari adalah pengasuh utama ma’had yang sebelumnya aku telah membuat janji via SMS. Segera aku ditunjukkan tempat tinggal Sang Pengasuh Utama. Sebelum masuk, ternyata aku bertemu dengan pengasuh ma’had putra yang lain.
“Badhe madhosi sinten, mas?”
“Nggih, niki wau kula sepindah silaturahim. Kaping kalih ipun kulo saking IAIN Tulungagung bade penelitian wonten mriki. Kala wau sampun sumadosan kalian Ibu Dwi Mulati. Bapak pengasuh utama ma’had wonten?
Oh wonten. Asmanipun pak Huda.” Jawab Bapak itu.
Ngapunten, jenengan kaparingan asma...
Kulo pak arif. Sampeyan?
Nami kulo Mohammad Khadziqun Nuha, namung panggilanipun khadziq
Oh, nggih mas khadziq, monggo kulo derek aken

Aku terus berusaha menggunakan bahasa krama inggil yang kubisa seraya menjunjung tinggi adat jawa. Meski dengan bahasa yang sekenanya, beliau akhirnya mengantarku menuju kediaman pengasuh pondok utama. Sesampainya ditempat itu, beliau langsung memohon izin untuk kembali ke ma’had putra dengan sesekali menyelipkan namaku ketika berkata-kata. Hingga saat ini cara beliau mengucapkan mas khadziq terngiang-ngiang ditelingaku. Beliau berusaha menjamu tamu dengan baik. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari)

Pada sesi wawancara dengan pengasuh pondok utama, kami melakukannya dengan serius dengan aku terus memegang teguh adab orang yang sedang bertamu. Semua berjalan lancar meski dengan waktu yang mendekati waktu berbuka puasa. Bapak Pengasuh itu menjawab semua pertanyaanku dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkat.

Sesaat ketika aku ingin mohon izin, ternyata suara adzan maghrib berkumandang. Dan “malang”-nya aku tidak diperkenankan untuk pulang sebelum menyantap menu berbuka yang sudah disiapkan. Ya! Memang diagamaku dianjurkan untuk menghormati tamu dan menyediakan hidangan untuk tamu makanan semampunya saja. Akan tetapi, tetap berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan makanan yang terbaik. Allah ta’ala telah berfirman yang mengisahkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam bersama tamu-tamunya:

فَرَاغَ إِلىَ أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِيْنٍ . فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ آلاَ تَأْكُلُوْنَ

Dan Ibrahim datang pada keluarganya dengan membawa daging anak sapi gemuk kemudian ia mendekatkan makanan tersebut pada mereka (tamu-tamu Ibrahim-ed) sambil berkata: ‘Tidakkah kalian makan?'” (Qs. Adz-Dzariyat: 26-27)

Betapa aku merasa telah dimuliakan ditempat yang sekitar dua tahun lalu kugunakan untuk melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan. Padahal disini aku sudah merepotkan dengan melakukan interview, dibulan suci pula. Tapi berkat attitude yang kutunjukkan dengan bersikap ramah, menjunjung tinggi adab orang bertamu serta adat orang jawa, Sang Tuan Rumah pun memberikan feedback yang baik pula. Laksana hukum Archimedes yang berbunyi “Jika suatu benda dimasukkan ke dalam sesuatu zat cair, maka benda itu akan mendapat tekanan ke atas yang sama besarnya dengan beratnya zat cair yang terdesak oleh benda tersebut”. Begitu pula dengan kehidupan, kalau kita mencoba untuk berbuat baik kepada orang lain, maka orang lain akan memberikan hal serupa kepada kita.

#mkn

13 Ramadhan 2015
Senin, 29 Juni 2015 0 komentar

ADA YANG INGIN MENGAJAKKU BUKA BERSAMA LAGI?

ADA YANG INGIN MENGAJAKKU BUKA BERSAMA LAGI?
Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha



Selain iklan sirup marjan dan suara mercon yang berkumandang disetiap sudut kampung, yang pasti marak pada bulan Ramadhan itu adalah undangan untuk mengadakan buka bersama. Ntah itu undangan dari teman sejawat, saudara, komunitas maupun dari teman ketika sekolah atau kuliah. Alasan klasik diluncurkan untuk memuluskan hasrat tersebut. Yap! Benar sekali. Atasnama silaturahim dan reuni digunakan agar kian banyak yang hadir di acara tersebut.

Taruhlah aku pada Ramadhan tahun ini. Telah banyak undangan yang telah ditujukan padaku. Baik, marilah kita absen satu persatu. Dimulai dari undangan dari teman sekelas ketika S1, English Student Association, pengurus HMJ TBI angkatanku, anggota alumni pramuka, ditempat kerja, orang terdekat, serta dari tetangga sekitar (undangan tahlilan). Nah, ada yang ingin mengajakku buka bersama lagi? Membagi waktu agar tidak bentrok antara satu agenda dengan agenda lain memang hal tersulit untuk dilakukan.

Pelaksanaan buka bersama pun berbeda-beda lokasinya. Ada yang booking tempat di rumah makan atau booking tempat dirumah orang. Yang penting syaratnya, tempatnya asyik dan muat untuk menampung banyak orang. Bayangin kalau booking tempat di pemakaman atau pada tempat yang super duper sempit hingga untuk bernafas saja susah. Sudah dapat dipastikan tidak akan ada yang hadir pada undangan tersebut.

Sebenarnya apasih asyiknya buka bersama? Bukannya sama saja dengan buka dirumah sendiri? Toh, endingnya juga makan-makan juga. Apa itu ngga hanya membuat kita merogoh saku kita kian dalam? Belum lagi kalau undangan buka bersamanya seabreg. Misal, dari rekan kerja, teman kuliah, sahabat SMA, kawan SMP, sohib SD, friend TK, atau bahkan partner ketika di Posyandu dahulu. Ngga kebayang deh susahnya membagi waktu. Tetapi tidak, banyak hal yang tidak bisa kita temui pada buka bersama ketika kita melakukannya dirumah.

Pertama, tentunya silaturahim yang terjalin. Setelah sekian lama tidak bertemu, buka bersama semacam obat pelipur lara atas kerinduan yang menggebu-gebu. Ciee saya. Bahasanya sok iyes. Ngobrol asyik ngalor ngidul itu lho yang tak bisa kita temui dirumah. Kedua, moment foto groovy. Ini penting, terutama bagi kalian yang suka eksis di media sosial. At least, ada bahan untuk diupload. Sudah barang pasti ketika sesaat setelah buka bersama, situs jejaring sosial semacam facebook, instagram dan sebagainya selalu dijejali foto-foto yang menunjukkan kita baru saja melakukan kegiatan tersebut. Ketiga, perbaikan gizi. Kalau kamu merasa menu berbukamu biasa-biasa saja, maka buka bersama lah! Terutama buka bersama yang menawarkan kemudahan berupa fasilitas gratisan. Ini sangat truly recommended. Selain ramah dikantong juga gizi akan terpenuhi.

Nah, tahun ini untuk kali pertama dalam hidupku, rumahku akan digunakan untuk tempat untuk buka bersama. Mohon barokah doanya semoga aku bisa menjadi tuan rumah yang ramah, menyenangkan, baik hati, tidak sombong, suka menolong, rajin menabung, taat pancasila dan berguna bagi nusa bangsa keluarga dan agama. ‘Ala hadzihi niat wa ‘ala niatin sholihah, bibarokatil fatihah. Etdah... Ini doa apa yaa...

#mkn

12 Ramadhan 2015
Minggu, 28 Juni 2015 0 komentar

DIKIRANYA ENAK PUNYA NAMA YANG “FREAK”?

DIKIRANYA ENAK PUNYA NAMA YANG “FREAK”?
Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha



Nama merupakan anugerah terindah yang diberikan orangtua kepada kita karena nama merupakan sebersit doa serta harapan yang orangtua titipkan kepada kita. Diharapkan dengan adanya nama tersebut kita dapat termotivasi menjadi pribadi yang sesuai dengan nama yang disematkan kepada kita dan menjadi pembeda dengan orang lain. Orangtua seharusnya berhati-hati dalam memberikan nama karena anak menyandang nama tersebut seumur hidup. Namun disini, yang ingin kubahas adalah dikiranya enak punya nama yang “freak”?

Mohammad Khadziqun Nuha, telah dua puluh empat tahun aku menyandang nama tersebut. Nama yang juga kugunakan dalam beberapa situs jejaring sosial seperti facebook, youtube, BBM, instagram, academiaedu, twitter, blog, email serta masih banyak lagi yang lainnya. Mungkin menurut beberapa orang itu bukan nama asli, nama panggung, nama alay atau semacamnya yang digunakan demi keeksisan didunia maya. Tetapi tidak! Bolehlah aku tunjukkan KTP atau akta kelahiranku untuk menunjukkan keabsahan nama asliku itu.

Freak? Memang! Bagi sebagian besar orang yang baru saja mengenalku akan merasa kesulitan untuk mengeja nama pemberian orangtuaku itu. Hal yang paling sering kualami adalah ketika dipanggil namaku saat absen. Berdasarkan pengalaman pribadiku ketika menempuh semua jenjang pendidikan dari TK, SD, SMP, SMK hingga Perguruan Tinggi, pada saat pemanggilan nama adalah saat yang mendebarkan bagiku. Menantikan namaku dipanggil saat absen itu sudah kayak menantikan kocokan arisan, kira-kira keluar ngga yaa ejaan namaku yang benar?? Beberapa kali kudapati guru atau dosenku mengenyirkat dahi terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk melafalkan nama lengkapku. Namun satu hal yang kusyukuri adalah ketika wisuda S1-ku dulu, Sang MC telah berhasil menyebutkan ejaan namaku dengan baik dan benar. Terimakasih mbak-mbak ketua IPPNU PC Tulungagung, dalam hal ini diwakili mbak Tika Nifatul Chusna.

Aku juga harus mengelus dada ketika pergi ke Kantor Kelurahan. Petugas Kelurahan biasanya akan melihat deretan huruf namaku dahulu lalu memandangku penuh tanya serta dilanjutkan dengan berkata, “Ini cara bacanya bagaimana, mas?” atau “Panggilanmu siapa mas?”. Ya! Soal panggilan, aku harus menerima dengan lapang dada setiap nama panggilan yang ditujukan kepadaku (yang penting bukan dipanggil Yang Maha Kuasa dahulu). Nick name seperti Khadziqun, Khadiziqun, Khadziq (memakai kho’) , Kadiq (memakai kaf), Hadziq (memakai ha’), Kadek, Qun, Un, Nuha, atau dengan lengkap memanggilku khadziqunnuha merupakan serentetan nama yang biasa kudengar. Blepotan itu pasti. Karena blepotan adalah hak semua orang yang ingin memanggilku.

Dirumah, tidak akan ada masalah ketika sejak kecil aku dipanggil dengan nama hadziq walau kadang juga khadziq. Pada semua jenjang pendidikan yang kutempuh, aku juga memutuskan untuk menggunakan nama panggilan itu. Namun jika kalian pergi ke sekolah tempatku mengabdi sekarang, tak akan ada yang mengenaliku dengan panggilan itu. Hal tersebut lebih karena Kepala Sekolah lebih mentenarkan nama Nuha karena lebih mudah dalam segi pelafalan. Para siswa akan lebih familiar dengan nama Pak Nuha. Bahkan saking familiar-nya, mereka memanggilku dengan hanya sebutan “Pak Nu... Pak Nu...”. Pengalaman kurang mengenakkan terjadi setelah muncul sebutan itu. Kenapa? Karena setelah muncul sebutan itu, diiringi dengan sebutan yang lain.
Selamat pagi, Pa Nu”, ungkap salah seorang siswa.
What? Panu? Heyyy... Aku ngga punya panu. Kenapa jadi muncul sebutan itu. Hadeh, aku hanya bisa geleng-geleng kepala.

Pengalaman menarik juga pernah kualami pada kesempatan yang lain. Pernah suatu ketika aku menerima telpon,
Halo, ini siapa?
Hadziq”, kataku.
Siapa? Atik?”, ungkapan kebingungannya.
Hadziq, Hadziq!
“Atit?”, lanjutnya.
“Panggil saja Nuha”, jawabku.

Ya! Memang memiliki nama Mohammad Khadziqun Nuha yang terdengar freak bagi sebagian besar telinga warga negara Indonesia ini sangat menyulitkanku. Namun disini aku bersyukur, karena ini merupakan pembeda dari orang lain. Namaku bukan nama pasaran seperti budi, slamet, siti, dewi, eka, atau semacamnya. Dengan nama ini, aku akan lebih mudah dikenal dengan segala kesulitan pelafalannya. Karena yang berbeda itu yang paling mengena. Jadi, dikiranya enak punya nama yang “freak”? Enak lah! Enak banget malah.

Terlebih kalau dilihat dari artinya. Namaku berasal dari Bahasa Arab jika dieja dalam tulisan arab menjadi محمد حاذق النهى . Mohammad, siapa sih yang tidak mengenal yang paling fenomenal bagi umat Islam itu. Dengan arti terpuji, semoga ruh nama Nabi Muhammad juga merasuk kedalam jiwaku. Khadziqun, ini berasal dari kata hadziq yang berarti open minded dalam bahasa Inggris, limpat dalam bahasa Jawa, atau cerdas dalam bahasa manusianya. Bagaimana dengan nama Nuha? Nuha berarti akal dalam bahasa Indonesia. Sehingga nama Mohammad Khadziqun Nuha berarti orang yang terpuji yang memiliki akal yang cerdas”. Masya Allah, sungguh mulia doa yang disematkan kedua orangtuaku untuk anak sulungnya ini. Semoga harapan beliau berdua dapat menjadi kenyataan dan terpancar pada putranya ini. Terimakasih abah, terimakasih ibu, atas titipan semangat yang semula kuanggap sebagai suatu keanehan karena namaku tergolong lain daripada yang lain (Waduh, punya kelainan dong aku?). Semoga aku dapat mengemban amanah ini. Aamiin.

Kedepan, untuk semua calon orangtua, akan aku deskripsikan tips untuk memberikan nama pada anak yang baik dan benar yang bisa dipraktekkan. Pertama, nama mengandung doa. Pada nama anak, terdapat harapan dan doa orangtua yang disematkan. Namun doanya kalau bisa singkat-singkat saja, tidak usah panjang seperti gerbong kereta api. Sehingga nanti ketika dipanggil, anaknya bukannya nengok, tapi justru bilang “aamiin”. Kedua, nama jangan terlalu panjang. Berdasarkan pengalamanku, nama Mohammad Khadziqun Nuha itu sudah termasuk panjang. Kenapa? Selain susah untuk mengingatnya, ini juga akan merepotkan yang punya nama saat mengisi identitas ketika Ujian Nasional atau SPMB. Misalkan dengan nama Raden Mas Kanjeng Pangeran Slamet Riyadi Budi Harjo Joyodiningrat Mangkunuklir. Sudah dipastikan bulatan lembar jawaban yang dihitamkan dengan pensil 2B itu tidak akan muat. Ketiga, nama jangan hanya satu kata. Minimal harus ada first name, middle name, dan last name. Ini penting, terutama bagi yang ingin mengurus visa atau pasport untuk perjalanan keluar negeri. Gagal keluar negeri hanya karena namanya cuman satu kata kan tidak lucu. Misalkan namanya hanya Pramuji, Jaelani atau Sumarjito. (ops... Itu namanya teman-temanku SMK dahulu. Maap masbro. Cuman contoh) Keempat, nama itu jangan sampai menyusahkan petugas kelurahan. Usahakan nama anak kita menggunakan kata-kata yang mudah dibaca dan mudah ditulis juga, kecuali kalau ingin mengikuti jejakku. Hindarilah penggunaan huruf konsonan yang digandeng-gandeng, misalkan Lloyd, Gilbert, Jocelyn, Nicky atau semacamnya. Bukan apa-apa, untuk menghindari salah ketik dari pihak petugas kelurahan saat pembuatan KTP, KK, Akta Kelahiran dan sebagainya. Biasanya kalau harus revisi, prosesnya lama. Belum lagi kalau kita harus dikenakan biaya tambahan. Kelima, perhatikan huruf pertama nama. Penggunaan huruf awal yang urutannya awal pada alfabet ada enak dan ngganya. Taruhlah namanya diawali huruf “A”. Enaknya pada saat dipanggil wawancara, tes atau pembagian apa gitu suka dipanggil duluan. Ngga enaknya ketika absen, selalu menempati deretan awal. Kasian juga kan kalau tes belum sempat tanya-tanya ke temannya. Hindari juga penggunaan huruf awal “Z”, ini sebaliknya. Lebih amannya diawali dengan huruf K, L, M, dan sebagainya. Keenam, ketahuilah arti nama anak. Jangan memberikan nama anak karena enak diucapkan atau bagus ditulis. Misalkan nama jalmowono itu semacam easy listening dan bagus ketika ditulis. Namun ketahuilah kalau jalmowono adalah orang utan. Apalagi menggunakan nama Ibnu Syaithonirojim biar kelihatan kearab-araban. Esumpah jangan! Ketujuh, tidak usah menggunakan nama yang sok kebarat-baratan. Sebagai orang Indonesia kita sepatutnya bangga dengan nama suku bangsa sendiri. Toh, ketika kejepit kita bilangnya “addawww” kan bukan “Oh my God”. Lain soal apabila dihubungkan dengan agama. Penamaan menggunakan bahasa Arab sangat dianjurkan bagi yang beragama Islam. Kedelapan, gunakan nama yang mudah diterima secara internasional. Anak kita tentunya akan hidup di masa depan. Di era globalisasi tentunya anak kita akan bersinggungan dengan dunia global. Jadi jangan mempersulit anak dengan nama yang sulit. Misalkan nama saklitinov. Orang Jepang akan menyebutnya sakuritino, karena susah melafalkan huruf “L” dan “V”. Orang Sunda akan menyebutnya aktinop karena lebih condong dengan huruf  “P”. Orang Amerika akan menyebutnya Sechlaytinove karena pengguna American English. Padahal yang dimaksud orangtuanya saklitinov berarti sabtu kliwon tiga november. Kesembilan, hindari penggunaan nama artis. Nama artis memang bagus-bagus cuman masalahnya kalau menggunakan nama public figure adalah apabila si artis memiliki kelakuan yang kurang terpuji dan sering menjadi bahan gosip diacara infotainment. Tentunya itu akan menjadi beban sang anak. Lagi pula, penggunaan nama artis itu menunjukkan kalau orangtuanya tidak kreatif.

#mkn

11 Ramadhan 2015
Sabtu, 27 Juni 2015 2 komentar

FILOSOFI “PENYIMPANGAN” ANGKA JAWA

FILOSOFI “PENYIMPANGAN” ANGKA JAWA

Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha






Kalau kita telaah lebih mendalam, banyak penyimpangan yang terjadi didunia ini. Berbagai penyimpangan tersebut disadari atau tidak secara implisit memiliki rahasia yang hanya ditemukan oleh orang-orang yang teliti. Begitu juga dengan angka jawa. Secara sepintas tak jauh berbeda dengan angka-angka lain. Namun apabila kita kaji lebih mendalam terdapat penyimpangan yang nyata. Seperti kita ketahui, leluhur orang jawa memiliki makna yang mendalam. Berikut ini penjabarannya secara mendetail mengenai penyimpangan angka jawa yang kuketahui,

Pertama, LIKUR. Dalam perhitungan bahasa Indonesia kita mengenal dua puluh satu, dua puluh dua, dua puluh tiga dan seterusnya hingga dua puluh sembilan. Sebaliknya, dalam perhitungan bahasa jawa kita tidak mengenal angka rong puluh siji, rong puluh loro, rong puluh telu, dan seterusnya hingga rong puluh songo. Kita mengenal satuan likur dalam perhitungan jawa sehingga bilangannya menjadi selikur, rolikur, telu likur, dan seterusnya. Lalu apa yang tersirat dari ini? Likur merupakan singkatan dari lingguh kursi atau “duduk dikursi”. Dalam hal ini, bagi siklus kehidupan manusia, usia 21-29 merupakan usia dimana manusia memperoleh “tempat duduknya”, baik berupa pekerjaan maupun profesi yang akan ditekuni dalam kehidupannya. Pada usia tersebut, kebanyakan orang memiliki pekerjaan yang mapan, ntah sebagai guru, dokter, pedagang, dan sebagainya.

Kedua, SELAWE. Anehnya lagi dari sekian angka dari 21 hingga 29 terdapat pengecualian untuk angka dua puluh lima. Kita tidak mengenal sebutan limang likur, namun kita mengenal selaweSelawe disini merupakan kependekan dari seneng-senenge lanang lan wedok yang artinya puncak asmara bagi laki-laki dan perempuan yang ditandai dengan pernikahan. Oleh karena itu, mayoritas orang menikah pada usia tersebut. Tahun depan usiaku dua puluh lima. Akankah aku menikah pada usia tersebut? Wallahu a'lam. Pola selanjutnya adalah bilangan telung puluh, telung puluh siji, telung puluh loro,dan seterusnya. Tidak ada penyimpangan dari deret bilangan tersebut

Ketiga, SEKET. Penyimpangan muncul kembali pada pola sepuluh, rong puluh, telung puluh, patang puluh selanjutnya mestinya limang puluh, namun kita mengenal angka seketsebagai gantinya. Pasti ada sesuatu disini. Seket merupakan akronim dari seneng kethonan yang artinya adalah suka memakai kethu atau kopyah atau topi atau tutup kepala. Ini merupakan analogi bahwa usia semakin lanjut. Kopyah diibaratkan dapat menutup kepala yang mulai botak atau beruban. Selain itu kopyah merupakan lambang orang untuk giat beribadah. Setelah sejak usia likuran telah bekerja keras untuk mengumpulkan kekayaan demi kepentingan dunia, umur 50 mestinya orang berubah menjadi kian giat beribadah sebagai bekal untuk kehidupan akhirat. Ini merupakan titik balik seseorang untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Keempat, SEWIDAK atau SUWIDAK. Seharusnya untuk enam puluh kita menyebutnya enem puluh, namun disini kita menyebutnya dengan sewidak atau suwidak.  Sewidak atau suwidak disini berarti sejatine uwis wayahe tindak atau dapat diartikan dengan seharusnya sudah saatnya pergi. Sebagaimana kita ketahui Nabi Muhammad meninggal pada usia 63 tahun lebih 4 hari. Usia 60 merupakan batasan usia manusia jaman sekarang. Maka, apabila usia kita telah menginjak usia 60 keatas sudah sepantasnya kita untuk bersyukur karena usia selebihnya merupakan bonus yang diberikan Allah kepada kita.

#mkn
10 Ramadhan 2015
Jumat, 26 Juni 2015 0 komentar

“JOB” PRIA DIDESAKU KETIKA RAMADHAN

“JOB” PRIA DIDESAKU KETIKA RAMADHAN
Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha



Desa Mojosari, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung, itulah tempatku tinggal dan dibesarkan sejak kecil. Desa yang menyimpan sejuta kenangan ketika kecil dan seraya susah untuk ditinggalkan. Baik, disini aku tidak akan membicarakan tentang pekerjaan seperti guru, petani, pedagang, dokter, atau semacamnya didesaku. Ngga! Beneran ngga! Bukan itu yang kumaksud dengan “job” disini. Lebih dari itu, aku menganalogikan “job”disini sebagai kegiatan yang biasa dibilang rutin dilakukan kaum adam didesaku ketika Ramadhan menjelang. Ya! Sebagai warga yang tinggal didesa yang mayoritas kaumNahdliyin, ketika menjelang berbuka puasa para Bapak mendapat undangan selamatan dari tetangga sekitar. Bahkan dihari ke sembilan Ramadhan tahun ini, aku telah dua kali mewakili abahku untuk menghadiri undangan yasin dan tahlil dirumah tetangga menjelang bedug maghrib ditabuh.

Seperti yang diketahui, pada kegiatan tersebut beberapa laki-laki baik yang telah dewasa maupun muda hadir untuk mengirim doa kepada para leluhur atau saudara yang telah meninggal dengan membaca kalimat thoyyibah tahlil maupun yasin. Bacaan ayat-ayat al-Qur’an yang dihadiahkan untuk mayit menurut pendapat mayoritas Ulama boleh dan pahalanya bisa sampai kepada mayit tersebut. Berdasarkan beberapa dalil, diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan lainnya;



عَنْ سَيِّدِنَا مَعْقَلْ بِنْ يَسَارْ رَضِيَ الله عَنْهُ اَنَّ رَسُولَ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم قَالَ : يس قَلْبُ اْلقُرْانْ لاَ يَقرَؤُهَا رَجُلٌ يُرِيْدُ اللهَ وَالدَّارَ اْلاَخِرَة اِلاَّ غَفَرَ اللهُ لَهُ اِقْرَؤُهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدْ, اِبْنُ مَاجَهْ, اَلنِّسَائِى, اَحْمَدْ, اَلْحَكِيْم, اَلْبَغَوِىْ, اِبْنُ اَبِىْ شَيْبَةْ, اَلطَّبْرَانِىْ, اَلْبَيْهَقِىْ, وَابْنُ حِبَانْ


Dari sahabat Ma’qal bin Yasar ra. bahwa Rasulallah saw. bersabda : Surat Yasin adalah pokok dari al-Qur’an, tidak dibaca oleh seseorang yang mengharap ridha Allah kecuali diampuni dosa-dosanya. Bacakanlah surat Yasin kepada orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Nasa’i, Ahmad dan lain-lain)

Adapun beberapa Ulama juga berpendapat seperti Imam Syafi’i yang mengatakan bahwa:

وَيُسْتَحَبُّ اَنْ يُقرَاءَ عِندَهُ شيْئٌ مِنَ اْلقرْأن ,وَاِنْ خَتمُوْا اْلقرْأن عِنْدَهُ كَانَ حَسَنًا

Bahwa disunahkan membacakan ayat-ayat al-Qur’an kepada mayit, dan jika sampai khatam al-Qur’an maka akan lebih baik.

Abul Walid Ibnu Rusyd juga mengatakan:

وَاِن قرَأَ الرَّجُلُ وَاَهْدَى ثوَابَ قِرَأتِهِ لِلْمَيِّتِ جَازَ ذالِكَ وَحَصَلَ لِلْمَيِّتِ اَجْرُهُ

"Seseorang yang membaca ayat al-Qur’an dan menghadiahkan pahalanya kepada mayit, maka pahala tersebut bisa sampai kepada mayit tersebut."

Toleransi didesaku sangat dijunjung tinggi. Bagi mereka yang menganggap kegiatan tersebut (maaf!) bid’ah, mereka tetap menghadiri undangan tersebut untuk menghormati tetangga. Namun, pada saat membaca kalimat thoyibah tahlil atau yasin, (berdasarkan observasiku) mereka lebih memilih untuk diam. (Hehe, ntah itu karena tidak hafal bacaannya atau memang memegang teguh prinsipnya) Terlepas dari itu, ukhuwah islamiyah didesaku sudah terbangun cukup tinggi semenjak jaman babad dusun tempatku tinggal. Asal tahu saja, nama dusun tempatku tinggal adalah banca’an, menurut penuturan beberapa sesepuh itu karena sering terdapat acara selamatan di desa yang memang terkenal dengan kampung santri itu.

Yang paling seru adalah ketika prosesi pembacaan yasin dan tahlil selesai serta dilanjutkan dengan acara ramah tamah. Setelah hidangan berbuka puasa dibagikan, para hadirin bukan menunggu adzan yang dikumandangkan di masjid atau musholla terdekat, namun dari radio atau handphone yang menyiarkan radio lokal. Nama seperti Radio Kembang Sore, Radio Josh, Radio Liiur, dan Radio Perkasa menjadi sangat familiar ditelinga warga desaku. Bila radio-radio tersebut telah mengumandangkan adzan, berarti pertanda hidangan yang telah disajikan boleh dilahap. Taruhlah undangan selamatan yang kuhadiri di rumah Bapak Jamhuri kemarin,
“Kuwi radio Jakarta opo piye kok ora ndang-ndang maghrib padahal jam’e uwis kliwat.”, celetuk salah seorang hadirin.
“Lhaiooo... Iki jam’e sing kliru opo radione sing kliru?”, salah seorang dari mereka menimpali.

Tiba-tiba terdengar tagline radio tersebut “Radioooooo Wijangsongkoooo...”
“Hoalaaah... pantesan. Genti radio Tulungagung ngunu lho. Ben eruh leg uwis Maghrib”,beberapa orang serempak berkata begitu. 
Sedang dalam hati aku hanya tersenyum, “Haduh... Bapak-Bapak. radio itu juga tidak jauh letaknya dari kota kita, jadi waktu adzannya juga sama. Tidak mungkin kan ada jeda sampai satu jam lamanya. Ah tapi namanya juga Bapak-Bapak di desa”
“Leg mbien ngene ki ngenteni lowone metu tondone uwis Maghrib”, Salah seorang Bapak berkata begitu.
“Iyo yoo... Saiki uwis penak”, Salah seorang yang lain menimpali.

“Tek... Tek tek tek... Dung... Dung... Dung... Allahu Akbar Allahu Akbar...”, Tiba-tiba terdengar suara yang dinanti.
“Sampun. Monggo... Niku Radio Kembang Sore”, kata Sang Tuan Rumah.
Kontan setelah kabar gembira itu, para hadirin yang telah menunggu sedari tadi langsung mengambil es buah dan piring nasi soto yang telah disediakan. Makan bersama seperti inilah yang membuat nikmat. Tidak membedakan kelas sosial maupun tingkat pendidikan. Semua melebur menjadi satu dengan tempat duduk yang sama dan hidangan yang sama pula.

“Allahumma sholli ‘ala sayyidinaaa Muhammad...”, seru salah seorang Bapak yang duduk diluar.
“Allahumma sholli ‘alaih”, para hadirin yang lain dengan kompak menjawabnya.
“Hoalah... kae sopo lho tekone keri, ngawiti mulih disik”, ungkap seorang pria yang duduk didalam yang sedang menyelesaikan minum es buah didepanku. Dan beberapa jamaah pun berpamitan dengan berjabat tangan dengan tuan rumah dan hadirin lain.

Nah, itulah sedikit cerita tentang “job” pria didesaku ketika Ramadhan dengan menghadiri undangan selamatan dari tetangga sekitar. Sejauh tidak merusak aqidah kita, tradisi seperti ini menurutku sah-sah saja dijalankan dan dihormati. Seperti tradisi selamatan ini, dengan niat awal mendoakan arwah leluhur yang telah meninggal dengan cara mengundang sejumlah tetangga sekaligus bersodaqoh dengan memberikan nasi berkat sebagai ucapan terimakasih karena telah hadir. Selamatan juga dapat mempererat tali silaturahim dengan tetangga sekitar.

#mkn
9 Ramadhan 2015

Kamis, 25 Juni 2015 0 komentar

OH, JADI NAMANYA LETHOLOGICA

OH, JADI NAMANYA LETHOLOGICA
Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha



Kalian pernah ngga sih sedang asyik-asyiknya ngobrol dengan orang, lalu ingin mengungkapkan suatu kata tapi susahnya naudzubillah? Padahal kita sudah berulang kali berusaha memutar otak untuk mengingat kata itu, namun tak kunjung keluar kata yang dimaksud. Pernah ngga sih secara mendadak lupa nama sesuatu dalam suatu percakapan? Pernah ngga sih dalam kondisi dimana sebenarnya tahu sepintas diotak apa yang akan diucapkan, namun ingin mengutarakannya semacam terdapat ribuan ton barbel yang membebani bibir ini? Hey... Pernah ngga sih dalam kondisi dimana tiba-tiba melupakan dimana kita meletakkan suatu barang yang baru saja kita taruh? Kalian pernah ngga sih ditatap sinis penuh tanya oleh lawan bicara karena tiba-tiba berhenti sejenak untuk memikirkan kata selanjutnya yang ingin diungkapkan? Aku? Sering!

Oh, jadi namanya lethologica.
Menurut artikel psikologi yang pernah kubaca, itu namanya lethologica. Jadi, lethologica merupakan semacam gangguan psikologis yang dapat menghambat kemampuan individu untuk mengartikulasikan sesuatu atau kondisi dimana pikiran kita secara sementara melupakan kata-kata kunci, frasa atau nama dalam suatu perbincangan. Dalam kata lain, kita semacam lupa terhadap sesuatu yang baru saja kita ingat.

Lethologica sangat lazim terjadi pada setiap orang, termasuk aku sendiri. Bahkan berdasarkan American Psychiatric Association, "sembilan dari sepuluh orang Barat mengalami beberapa bentuk Lethologica selama hidup mereka”. Tingkatan orang yang mengidap Lethologica ini bergantung pada berbagai faktor yang sedang dialami seseorang. Beberapa kondisi seseorang seperti stress, interaksi sosial, kebugaran tubuh, basis interaksi sosial dan kapasitas memori seseorang sangat mempengaruhi kelainan tersebut. Secara tidak langsung, penyakit ini dapat dikategorikan sebagai penyakit lifestyle yang juga dipengaruhi ciri kepribadian seseorang.

Adakalanya lupa itu juga merupakan anugerah tersendiri yang diberikan Tuhan kepada kita. Taruhlah suatu kondisi seperti ini, kita sedang mengalami kesedihan tiada tara, galau tiada akhir, merasakan trauma akan sesuatu, dalam hal ini lupa sangat diperlukan untuk menghilangkan semua perasaan tersebut. Namun bila konteksnya ada lethologica, tentunya ini sangat menyiksa bukan? Bagaimana tidak, padahal kita sedang asyik berbicara dengan orang, namun tiba-tiba lethologica muncul, percakapan akan terasa hening sesaat seperti terdapat bunyi jangkrik yang mengerik dimalam hari, krik... krik... krik... Jika dihubungkan dengan teori komunikasi, proses penyampaian message dalam komunikasi dari komunikator kepada kamunikan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik.



Bukan merupakan suatu perkara yang besar (namun tetap mengganggu) manakala lawan bicara kita adalah teman sejawat. Mungkin mereka hanya akan menatap penuh tanya serta mengucapkan “duooooorrrr” ketika lethologica tiba-tiba menghinggapi. Namun lain soal manakala kita berada pada acara rapat besar atau sedang memberikan pidato yang dihadiri tamu-tamu besar. Sudah dapat dibayangkan betapa malunya kita serta kita tak akan tahu mau ditaruh mana muka kita nantinya.

Intinya, lethologica memang suatu kelainan yang sangat wajar terjadi pada setiap orang kapanpun dan dimanapun berada. Yang terpenting adalah bagaimana cara kita menyikapi lethologica itu. Hindarilah kondisi psikis yang stress, tetap menjaga kebugaran fisik, interaksi sosial yang baik serta teruslah meng-upgrade speaking skill kita. Ya! Itulah lethologica, menurutku.

#mkn

8 Ramadhan 2015
Rabu, 24 Juni 2015 0 komentar

BERIKAN AKU SERIBU FOTO, KAN KUGUNCANG DUNIA DENGAN VIDEO PROSHOW

BERIKAN AKU SERIBU FOTO, KAN KUGUNCANG DUNIA DENGAN VIDEO PROSHOW
Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha




Photodex Proshow Producer merupakan nama lengkap dari aplikasi ini, namun kebanyakan orang memanggilnya dengan sebutan Proshow saja. Ini merupakan software terbaik (menurutku!) yang dapat digunakan untuk membuat slideshow kumpulan fotomu. Selain foto, software ini juga bisa menyisipkan video maupun klip suara. Jika biasanya kita membuat slideshow menggunakan Windows Movie Maker dengan segala keterbatasannya yang hasilnya tentunya kurang memuaskan, Proshow menyajikan menu yang memungkinkan untuk menambahkan ratusan bahkan ribuan efek yang lebih menarik, seperti basic montages, camera flash effects, captions and titles, complex montages, envelopes style pack, essentials, frames and borders, image adjustments, motion 3D, single image enhancements, slide styles built in, escapes, grunge appeal, vintage, serta banyak lagi yang lainnya.

Operating system dari aplikasi ini dapat digunakan untuk Windows XP, Windows Vista, Windows 7, Windows 8, atau Windows 8.1 seperti yang kugunakan saat ini dengan 32 bit atau 64 bit. Software ini compatible dengan semua jenis komputer maupun laptop yang ada saat ini yang tentunya untuk performa yang lebih maksimal direkomendasikan untuk menggunakan PC dengan RAM yang tinggi serta penggunaan notebook kurang disarankan karena akan memotong tampilan dari aplikasi ini. Proshow sangat cocok bagi yang menginginkan kumpulan foto yang terasa biasa menjadi lebih hidup dengan iringan music, effect maupun transition yang keren dengan kualitas HD maupun sesuai dengan keinginan kita.

Perkenalanku pertama kali dengan aplikasi ini bermula pada saat tersiar kabar bahwa ketika KKN nantinya mahasiswa dikampusku diharuskan untuk membuat video proshow berisi foto-foto kegiatan sebagai tugas akhir. Aku segera meminta aplikasi ini kepada salah seorang temanku yang sebut saja bernama Faisal (dulu aku belum punya aplikasi proshow, setelah aku berkenalan dengan Mas Faisal, aku jadi bisa mendapatkan aplikasi ini. Terimakasih Mas Faisaaalll... Nah kan, namamu tercantum ilo mas ditulisanku. Hehe). Dan benar saja, semenjak pertama aku mengenal aplikasi ini, aku langsung jatuh cinta kepadanya, ibarat kata langsung love at first sight.

Dengan berbekal coba-coba dan niatan untuk bisa menaklukkan aplikasi ini, aku belajar menggunakan proshow secara otodidak tanpa diajari orang lain. Dengan laptop Compaq pertamaku (yang kini telah almarhum), kucoba bagaimana caranya menambahkan foto, klip suara, video, slide style, transition, serta belajar bagaimana menyimpan karya kita menjadi bentuk video dengan format AVI, Flash Video, MPEG-2, MPEG-4, Quicktime maupun pilihan format yang lain. Maklum, namanya juga laptop jadul, terkadang aku harus menunggu beberapa menit bahkan jam untuk proses rendering dan encoding video. Tak jarang aku hingga tertidur saking lamanya menunggu, namun kalau namanya juga sudah cinta semua juga akan kulakukan untuk menghasilkan video yang memuaskan (ecieee... sayaaaa...)

Menjelang PPL, aku sudah memulai mengotak-atik aplikasi ini. Video pertamaku yang kubuat berjudul “My Little Footprint” yang berisi tentang foto-foto perjalanan hidupku  berorganisasi dikampus tempatku menggali ilmu. Yah! Untuk sekelas pembuat video proshow amatiran, tak jelek-jelek amat lah hasilnya. Meski disana-sini masih diperlukan perbaikan, aku mencoba untuk men­-sinergi-kan foto dengan tulisan serta ditambah back sound yang menarik. Namun bermula dari itu, aku terus meng-updgrade kemampuanku untuk “memainkan” software ini. Walhasil, ketika Dosen Pembimbing Lapangan KKN-ku (monggo bu Nurfaaa... eh amit, bu Nur Fadillah...) bertanya, “siapa yang dapat membuat aplikasi video proshow?”, dengan senang hati aku menawarkan diri (yaa lebih karena tak ada mahasiswa lain yang menguasai aplikasi ini dan daripada tak ada yang mengerjakannya).

Proshow pertama yang kumiliki dan hingga kini kugunakan adalah versi 5.00.3206. Dengannya, aku telah menghasilkan dua puluhan video yang hampir kesemuanya kuposting pada akun youtube pribadiku yang bernama Mohammad Khadziqun Nuha. Selain meningkatkan kemampuan bercerita menggunakan bahasa tulis seperti ini, aku juga berusaha meng-upgrade skill-ku untuk bercerita dengan media visual dengan software ini. Objek ceritaku selama ini, bisa berupa bidikan kamera dari pengalaman pribadi, suatu event tertentu, ucapan ulangtahun, maupun yang paling fenomenal adalah video yang kugunakan untuk “menembak“ orang (Aaah.... Itu dulu! Lupakan! Toh, objek tulisan ini bukan membicara tentang itu).

Back to the topic, ciri khas dari video proshow buatanku adalah rangkaian slideshow foto yang membentuk sebuah cerita dengan judul tertentu serta terdapat tulisan deskripsi untuk menjelaskan foto yang terpampang disitu sehingga penonton videoku mendapatkan gambaran singkat dari foto tersebut. Keruntutan satu foto dengan foto lain hingga menjadi sebuah cerita sangat kuperhitungkan demi mencapai prinsip cohesion dan coherence.  Tak lupa kusisipkan klip audio berupa musik maupun suara yang berkaitan dengan alur cerita. Lebih lanjut, aku pernah mencoba menyisipkan klip video berupa testimoni dari temanku yang sedang KKN di Thailand dahulu (kali ini aku menyenggol Azmil serta Firdha) untuk kumasukkan pada video proshow-ku. Hasilnya, berhasil membuat rangkaian cerita yang menyambung dengan slideshow foto sebelumnya hingga video-ku itu ditampilkan pada event sekelas English Championship yang diadakan oleh salah satu organisasi di kampusku.



Berikan aku seribu foto, kan kuguncang dunia dengan video proshow!
Kalau beberapa orang membiarkan foto-fotonya duduk manis di folder PC-nya, dengan beberapa foto yang diberikan kepadaku, aku bisa merangkainya menjadi suatu susunan cerita. Dalam hal ini tentunya kondisi mood-ku juga sangat berpengaruh. Kalau sedang kurang mood, mau dirayu bagaimanapun juga tidak akan bisa diganggu gugat. Kalau sedang dalam kondisi mood yang bagus? Jangan ditanya, akan kutelurkan beberapa karya yang sekali lagi, mengguncang dunia. Bahkan, bukan bermaksud untuk sesumbar, namun kini aku berani menasbihkan diri menjadi Master of Proshow. Hal ini seraya diamini oleh temanku yang memiliki nama akun facebook,  Nununa AwwLayli. Suatu ketika dia sedang Ujian Akhir Semester, terdapat satu pertanyaan aneh yang muncul,

"Siapakah pembuat video proshow paling hebat?"
Ya! Memang aneh pertanyaannya. Namun lebih aneh lagi yang menjawab. Dia dengan spontan menuliskan pada lembar jawabannya, namaku. What?? Ngga salah itu?? Hayooo... Yang merasa memiliki akun tersebut jika membaca tulisanku ini, mengakuilah!

Dalam waktu dekat ini, target video proshow yang ingin kuselesaikan adalah video proshow Pondok Ramadhan. Semula, pada hari terakhir Pondok Ramadhan akan diisi dengan nonton film islami. Namun akhirnya muncullah ide untuk menampilkan video proshow kegiatan yang dimulai hari ini di Masjid dekat sekolah, besok di Pondok dekat rumahku, serta dua hari kegiatan disekolah. Ya! Untuk tahun ini kegiatan Pondok Ramadhan di tempatku mengabdi memang dibuat berbeda dengan anjangsana ke beberapa tempat diluar sekolah, termasuk ke pondok dekat rumahku. Dan aku, ingin mengabadikannya menjadi sebuah video proshow. Yang harus kulakukan kini adalah menyortir beberapa foto yang eyes catching dan "foto yang dapat bercerita" kemudian mengolahnya menjadi sebuah true story. Yap! It's now time to rock it!

#mkn
7 Ramadhan 2015

Selasa, 23 Juni 2015 0 komentar

JOMBLO ITU PRESTASI BUKAN NASIB

JOMBLO ITU PRESTASI BUKAN NASIB
Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha



Disaat semua orang bangga dengan mempunyai pacar yang ganteng atau cantik (atau bahkan keduanya, ganteng juga cantik, yuukksss... mariiiii...) bahkan mereka bangga memiliki koleksi pacar melebihi koleksi sepatunya, tapi kamu justru berani mendobrak mainstream dengan memilih menjadi seorang  JOMBLO, sekali lagi!  JOMBLO (tolong  digarisbawah, dicetak tebal, italic, diketik dengan HURUF KAPITAL, distabilo kalau perlu atau bahkan dikasih lampu sorot arena sirkus sekalian biar jelas) maka seorang jomblo itu menjadi prestasi tersendiri. Karena disitu kamu unik, berani beda dengan yang lain bin lain daripada yang lain (jangan-jangan kamu mempunyai kelainan). Ya! Karena yang berbeda itu yang paling menyita perhatian orang. Misalnya, ada seratus ekor ayam sedang mengikuti audisi pencarian bakat (masalahnya ini siapa yang mau ngadain audisi pencarian bakat untuk ayam? Haha, bodo amat ah, namanya juga semisal, jadi sah-sah saja dong mau menghayal seperti apa). Back to the topic, nah dari seratus itu semua kompak memakai bulu warna putih rapi, namun ada satu ayam, sebut saja bernama bunga (bukan nama sebenarnya), 22 bulan, berani berbeda dengan memakai bulu berwarna hijau, bulu mata anti badai, gaya rambut mohawk, dan jambul katulistiwa (eebuussseeet... ngga kebayang seperti apa tuh ayam bentuknya) sudah barang tentu beliau akan menjadi pusat perhatian peserta lain, dewan juri atau bahkan akan sering menjadi sorotan kamera. Dan tarraaa... akhirnya mendapat anugerah “ayam of the year”. Nah kan mulai nglantur, ini tadi ngomongin jomblo kenapa nyambungnya ke masalah audisi ayam-ayaman segala. Apa penulisnya tukang jualan ayam atau pernah menjadi ayam kampus ya? (#plakkk  #unimportant)

Sebelum kita panjang kali lebar kali tinggi (#theettt volume!) berbicara tentang jomblo, perkenankan penulis memperkenalkan diri serta menjelaskan definisi jomblo menurut kacamata penulis terlebih dahulu. Baik, jadi penulis berbakat (menurut keluarganya) yang merupakan pakar perjombloan Indonesia ini bernama Prof. Dr. H. Mohammad Khadziqun Nuha, S. Jom, M. Ber (dibaca : Sarjana Jomblo eMBer). Banyak prestasi dalam dunia perjombloan yang telah diraih, dimulai dari prestasi menjadi jomblo selama 22 tahun kemudian jadian 2 tahun lalu hingga detik ini jomblo kembali (ettdaaahh... jadi curcol), menjadi pembicara dalam seminar internasional  mengenai dunia jomblo yang dihadiri jutaan pasang mata semut, mendapatkan rekor MURI sebagai jomblo akut terakreditasi A terlama, serta dinobatkan UNESCO sebagai salah satu spesies jomblo yang patut dilestarikan karena terancam punah. Berbicara tentang definisi jomblo, setelah mencari di Kamus Besar Bahasa Indonesia ternyata tidak membuahkan hasil namun pembaca tidak perlu khawatir, berdasarkan buku yang belum pernah penulis baca dan belum pernah dicetak, secara terminologi (ecieee... bahasanya sok intelek cieee...), jomblo berarti seonggok makhluk yang hidup dibumi (meski di planet lain juga termasuk, kalau ada makhluknya) yang tidak memiliki pasangan lawan jenis (dan atau sesama jenis #ops). Pembaca jangan berharap dapat menemukan definisi asal-asalan tersebut pada buku lain. Tapi ini rahasia kita saja yaa pembaca tentang definisi ini, jangan dicerita-ceritakan ke orang lain. Sssttt... eS - E - Ce - eR - E - Te  (dibaca : Rahasia!). Nah, kini marilah kita membicarakan suatu hal yang dianggap tabu menjadi layak diperbincangkan, marilah kita membicarakan sesuatu yang nyesek bagi sebagian orang, namun bagi sebagian yang lain merupakan kebanggaan tersendiri, marilah kita kupas bersama segala hal tentang jomblo dengan tajam, setajaaaaam...
PISAU DAPUR !!!
Srettt... Srettt... Srettt...
(Terdapat siluet pisau dapur sedang mengiris suatu benda dan muncullah Feny Rose dengan kata yang pertama muncul adalah pemirsaaaaaaa...)

Kalau kita cermati lebih dalam, asal-usul (kalau asal ngga boleh usul, kalau usul ngga boleh asal) seorang jomblo itu bisa karena beberapa sebab. Pertama, karena prinsip. Dia memang ngga mau pacaran kalau belum mapan benar. Bagi kaum mereka, suatu hubungan percintaan adalah suatu hal yang suci dan tak sepantasnya untuk ajang  seru-seruan. Ingat! Toh, pacaran adalah jomblo yang tertunda, jadi buat apa membuat komitmen dengan orang yang tidak pernah serius menjalin hubungan untuk melangkah ke jenjang berikutnya (ecieeee yang sok bijak, boleh dong dikasih jempolnya. Terimakasih, maaf merepotkan). Kedua, karena trauma. Bagi mereka yang mengalami patah hati yang berkepanjangan akibat pengalaman berpacaran sebelumnya akan membuat orang itu memperoleh gelar jomblo akut. Mereka (sebenarnya penulis juga termasuk) takut mengalami hal serupa apabila memutuskan untuk kembali berpacaran. But, you gotta move on, gaezz... Ngga bagus juga untuk kesehatan kalau kita terus paranoid seperti itu. Ketiga, karena dilarang orangtua. Klise memang, namun inilah faktor yang dibenarkan beberapa orang sehingga dia memutuskan untuk  menjadi jomblowan atau jomblowati diusia mudanya. Alasannya ada yang agar fokus di study atau karena pacaran itu adalah hal yang useless, membuang-buang waktu, pikiran, uang dan tenaga untuk hubungan yang tidak serius atau bahkan dengan alasan yang sedikit konservatif, karena takut anaknya terjerumus ke arah hubungan yang berbau maksiat. (Hayolooo... Coba yang mengalami sebab ini, angkat tangan coba penulis ingin tahu!). Keempat, karena ngga laku-laku. Entah karena jelek, kuper, norak, pilih-pilih, sok jual mahal atau malah karena sebaliknya, terlalu banting harga. Padahal sudah dipromosiin kemana-mana lewat radio, kontak jodoh ditelevisi, pamflet atau bahkan memasang banner gede dipusat kota dengan wajah kita bertuliskan dicari! Tulang rusuk yang telah lama hilang atau dapatkan segera jomblo akut berlisensi A berikut, dijual terpisah, harga tidak termasuk baterai. Siap menerima pasangan dengan segala kondisi. Ibarat kata, kalau ada acara uji nyali, kaum jomblo seperti ini yang paling kuat karena sudah terbiasa sendiri. Emang bener yang seperti itu? Bisa jadi sih. #Plakkk... ngga segitunya juga kellesss... Ngga semuanya orang jomblo itu karena ngga laku ya sob. Menjadi jomblo itu merupakan suatu kehormatan. Kelima, tambah satu namanya susu. Badanku sehat tubuhku kuat. Hallaaaah... Plakkk... Mulai deh nglantur. Dikiranya lagi ngomongin empat sehat lima sempurna apa yaa... Sebenarnya penulis belum menemukan yang kelima. Ntar deh kalau udah ketemu, dikasih tahu. Ahay...

Banyak komunitas yang telah familiar ditelinga masyarakat Indonesia yang umatnya identik dengan kaum jomblo, misalnya Jojoba (Jomblo-jomblo bahagia), Ijo Lumut  (Ikatan jomblo lucu dan imut), Ijo Semangka (Ikatan jomblo semangat kawin), STMJ (Semester Terakhir Masih Jomblo), STMJ (Situ Terlahir Menjadi Jomblo), SMP (Saatnya Mencari Pacar), Kejora (Kelompok jomblo ceria), Brigantik (Brigade anti cewe cantik) Joker (Jomblo keren), serta banyak lagi yang lainnnya yang belum terdaftar di Kementerian Perjombloan Indonesia. Bahkan beberapa kelompok garis keras juga ada yakni Jonas (Jomblo Naas) Jones (Jomblo Ngenes tapi ada juga yang bilang, jomblo with happiness) dan Jombi (Jomlo Ababil). Sesungguhnya pengen pacaran adalah hak segala jomblo serta semua yang pacaran akan jomblo pada waktunya. Jadi sebutan-sebutan itu akan bertukar posisi layaknya putaran kipas yang berputar pada porosnya. Itu suatu keniscayaan yang tak terbantahkan.

Berbicara tentang ciri-ciri seorang jomblo, penulis akan berusaha menguraikannya. Pada hari Sabtu, jomblo akan berdoa agar dia diberikan ketabahan untuk menghadapi hari itu. Namanya juga malming, dua hal yang paling dibenci pada saat itu adalah melihat orang berduaan pacaran sama melihat timeline orang yang lagi pacaran (sebagai teman yang pengertian, kalau ada sahabatnya yang jomblo seharusnya ada yang meminjamkan pacarnya untuk malam mingguan. Haha). Jomblo juga adalah mereka yang sering mengidap insomnia, terlebih karena tidak ada partner SMS-an, BBM-an atau telpon-telponan secara private. Tapi tak masalah, hidup berawal dari jomblo! Jomblo itu pilihan, bukan paksaan. Toh, menjadi jomblo itu lebih irit, banyak pengeluaran yang bisa ditabung. Selain itu, kita juga bisa lebih fokus dalam meniti karir dan meraih impian tanpa ada gangguan yang bernama cinta dan asmara.

Sekali lagi, sebenarnya menjadi jomblo itu merupakan prestasi tersendiri dan bukan merupakan aib yang musti ditutup-tutupi. Baik, disini penulis akan menjabarkan beberapa tips agar kita, para penganut paham jombloisme, dapat meraih predikat jomblo yang bermartabat. Pertama, jomblo itu prestasi. Marilah kita tanamkan pada mindset kita wahai jomblowan dan jomblowati terhormat bahwa sebenarnya jomblo itu merupakan anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada kita. Disatu sisi, jomblo merupakan anugerah bagi mereka yang tahu akan hikmah yang terkandung didalamnya. Namun disisi lain, jomblo merupakan musibah, itu pun bagi mereka yang tidak mau memahami akan hikmah didalamnya. Buktinya, sejenak kamu sekalian terbebas dari omelan-omelan pacar, terbebas dari profesi tukang ojek atau bodyguard, terbebas dari menjadi ATM berjalan pacarmu, serta terbebas dari mikirin hal-hal ngga penting seputar pujaan hatimu. Jomblo mah makan paru aja, makan hati itu sih jatahnya yang lagi pacaran. Taruhlah ini sebuah cobaan yang dapat mendekatkanmu dan membuatmu lebih bersyukur kepada Sang Pemilik Kehidupan. Positif bukan? Kedua, menjadi jomblo yang elegan. Maksudnya, jadilah jomblo yang dikagumi banyak orang. Bukan berarti mencari-cari perhatian, namun tanpa caper pun kita sudah diperhatikan banyak orang. Bagaimana caranya? Kamu sendiri yang mengetahuinya. Bisa dengan mengembangkan bakat dan potensi diri yang terpendam agar kian eksis di kancah dunia perjomblowan Indonesia. Ingat! Sebenarnya jomblo itu bukan karena ngga laku, namun ngga mau main-main soal cinta serta menanti orang yang benar-benar pantas buat kita. Lebih baik jomblo menunggu orang yang dirasa tepat daripada menunggu siapa saja yang ternyata cuman singgah sebentar. Ketiga, mencari banyak teman. Ini penting, terlebih bagi mereka yang dahulu ketika pacaran mempunyai pacar yang overprotective dan kemana-mana harus berdua sehingga tidak ada celah sedikitpun untuk menjalin relasi bahkan semacam terdapat CCTV yang selalu mengintai kemanapun kita pergi. Nah, ketika menjadi jomblo merupakan kesempatan berharga untuk memperluas lingkaran pertemanan dengan banyak orang. Iya kan? Kalau pacaran biasanya jalannya cuman berduaan, kalau jomblo? Kalau lagi keluar, jalannya rame-rame bareng teman-teman. So, ngapain juga coba pacaran kalau ujung-ujungnya bakalan putus. Mending jomblo, punya banyak teman yang ngga akan pernah putus! Betul ngga? Keempat, menjadi pribadi yang apa adanya dan move on. Apa hubungannya? Coba deh, sejenak kamu lupakan masalah yang dapat menyebabkan kamu meraih predikat jomblo. Sebagai kaum jomblo kita harus pede, menerima diri kita apa adanya, menata ulang hidup kita, serta me-refresh pikiran negatif yang ada dibenak kita. Tak sepantasnya kita terus merasa galau, paling jelek, ngebosenin, konyol dan hina dengan status jomblo ini. Wake up, guys! This world is for those who want to fight, gaezzzz... Jadi jomblo ngeluh, punya pacar ngeluh, maunya apa? Munculkan sugesti positif bahwa jomblo juga dapat berwibawa. Jadi, ngga usah galau ngga usah risau, Tuhan sedang menyiapkan yang terindah untuk kita. Kelima, enjoy your life, mblo! Jika kamu sudah dapat menerima dirimu sendiri, dengan sendirinya orang lain akan dapat menerimamu. Ngga percaya? Buktiin aja gih! Bagaimana bisa enjoy, kalau malam minggu saja terserang galau kronis sampai-sampai nyumpahin agar turun hujan agar yang sudah berpasangan ngga bisa ngedate. Hah? What’s for, coba? Mending kita melakukan hal positif, misalnya membuat karya kayak penulis ini, membuat lagu, kerajinan tangan atau hal-hal yang lebih berkualitas. Jadikan masa galau itu produktif! Esumpahdah, ini akan berpengaruh banget buat hidup kamu pada. Banyak yang sedang pacaran pengen putus lho, ngga usah sedih, mblo! So, nikmatilah kebebasan selagi menjadi jomblo serta jadilah jomblo terhormat! Sebenarnya banyak keuntungan menjadi jomblo, salah satu satunya bebas memilih calon pendamping yang cocok. Betul?

Jadi, tidak usah lah masang foto-foto galau di sosmed, update status-status sok puitis, sok bijak atau sok romantis agar dilirik orang atau ngumumin kejomblowanmu di sosmed. Misalnya kamu update status, ngetweet atau PM dengan kalimat “Aku jomblo nih!”. Hah? Appah? STOP!!! Kalau kamu cewek, itu hanya akan mengundang cowok yang tak bertanggungjawab mendekatimu. Kalau kamu cowok, helooo... itu hanya akan menurunkan derajatmu sebagai cowok karena banyak cewek akan menilaimu ngga cool. Apalagi kalau kita dengan terang-terangan curcol betapa menderitanya menjadi jomblo di sosmed. Misal, dengan update seperti ini “Gini nih, apa-apa sendiri. Ngga ada yang nemenin, ngga ada yang nyemangatin, ngga ada yang nyuapin untuk makan”. Heyyy... STOP!!! Kamu sudah ngga bayi lagi. Kamu bukannya malah terlihat tegar tapi akan terlihat tukang ngeluh, manja dan lemah. Terlebih, kalau kita sampai menjelek-jelekkan mantan didepan orang lain. Berharap mereka mendengar kita, simpati ke kita dan berpandangan negatif tentang mantan kita, namun disisi lain kita akan terlihat muna’ dan lemah. So, STOP!!! Sejahat-jahatnya mantan, sesakit-sesakitnya hatimu dengan mantan, ingat! Kamu pernah menghabiskan waktu bersamanya. Menjelek-jelekkan mantan adalah perbuatan jelek tahu ngga sih. Jadi hargai perasaan mantanmu, lalu lupakan dan ngga perlu diingat-ingat kembali. Cukuplah sebagai pembelajaran agar kedepan tidak terjerumus pada jurang yang sama. Intinya, jomblo itu ngga boleh kebanyakan ngeluh, jadilah pemicu semangat bagi yang sedang patah hati. Last but not least, selamat menunaikan jomblo bagi Anda yang menjalankannya. Tulang rusuk tidak akan pernah tertukar.

#mkn
6 Ramadhan 2015
 
;