Blue Fire Pointer
Senin, 22 Juni 2015

UNIKNYA SHOLAT BERJAMA’AH

UNIKNYA SHOLAT BERJAMA’AH



Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha



Sholat Jama’ah merupakan sholat yang dikerjakan bersama-sama oleh dua orang atau lebih, salah seorang diantaranya bertindak sebagai imam sedangkan lainnya menjadi makmum. Ya! Sebuah definisi yang tentunya sudah sangat familiar bagi semua umat muslim yang sudah baligh. Disini aku tidak akan membicarakan bagaimana kaifiyat sholat jama’ah yang baik dan benar. Tidak! Sebagai orang awam, kurang pantas jika aku membahasnya. Namun disini, aku ingin membahas hal-hal menarik yang kujumpai ketika sholat berjamaah. Check it out!


Pertama, sebagian besar kaum adam, akan berusaha menghindar ketika diminta menjadi imam. Berbagai alibi diluncurkan untuk mengelak dari tawaran menjadi imam. Jarang kujumpai terdapat pria yang dengan berbesar hati berkata, “Sudah, aku saja yang menjadi imam”. Semua pada bilang “Jangan! Jangan! Jangan aku yang menjadi imam!”. Biasanya “penolakan” itu dengan mengumandangkan iqomah terlebih dahulu. Bukan karena mereka tidak tahu pahala menjadi seorang imam namun (mungkin!) karena mereka takut kalau setelah sholat harus diminta untuk memimpin doa atau jika pada saat sholat yang bacaannya dibaca jahr, (mungkin!) mereka takut kalau ketahuan stok surat pendek yang dimiliki hanya dua surat qulhu dan dua surat alam.



Kedua, iqomah merupakan pertanda bahwa sholat jama’ah akan segera dimulai. Namun bagus kalau ketika iqomah dikumandangkan makmum sudah siap berada ditempat sholat jamaah. Bagi sebagian besar orang (termasuk aku), iqomah merupakan pertanda kita mulai mengambil air wudhu bukan mulai mengerjakan sholat jamaah. Walhasil, makmummasbuq sudah menjadi barang tentu.



Ketiga, disadari atau tidak kalau kita melihat dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya tempat orang berdiri yang sedang sholat berjamaah yang mengenakan sajadah, akan sangat jarang dijumpai orang itu berdiri tepat diatas sajadah. Ntah apa alasannya aku juga tidak tahu, telapak kaki orang itu akan berada sedikit kebelakang dari sajadah yang diinjaknya. Observasi ini telah kulakukan pada beberapa tempat yang melaksanakan sholat jama’ah dan teoriku ini berhasil.



Keempat, ketika kita sholat jama’ah sedangkan makmum didepan kita mengenakan kaos yang terdapat tulisannya, maka khusyuk merupakan barang yang langka. Kenapa? Tanpa sengaja kita akan membaca tulisan pada kaos tersebut. Kalau tulisannya bernada positif sih masih bagus, bagaimana kalau bernada makian, hujatan, kata-kata kotor, iklan, kampanye atau semacamnya. Bayangkan, ketika membaca surat alfatihah, tiba-tiba kita membaca tulisan...
“Apa lu lihat-lihat, pakai mata lagi”
“Kaos made in Bali ini nyaman dipakai dan cocok bagi kawula muda yang gaul abis”
“Coblos Nomor 1, Bapak Ngatimin. Amanah, jujur dan pro wong cilik ” (disitu ada gambarnya Bapak Ngatimin senyum dengan memakai dasi dan kopyah).
Haduh, ngga banget. Sholat yang seharusnya sebagai sarana komunikasi dengan Sang Kholiq justru menjadi terbayang-bayang kaos tersebut.



Kelima, bagi kaum hawa, telah marak kita jumpai mukena yang berwarna-warni. Ini juga berpotensi untuk membuat orang tidak khusyuk untuk beribadah. Ketika sedang sholat, orang yang dibelakangnya akan berbicara dalam hati,
“wah, itu kok bagus, belinya dimana yaa...”
atau
“Dih, itu sok banget sih memakai mukena dengan warna yang berbeda. Biar terlihat lain daripada yang lain ya? Biar menjadi pusat perhatian ya? Biar tidak dibilang mainstream ya?”
Menurutku, mukena dengan warna putih merupakan yang paling aman. Meski terlihat jadul, namun warna putih merupakan warna yang netral dan berarti suci serta telah umum digunakan kebanyakan orang.



Keenam, tempat jamaah dimana imam yang bacaan surat atau jeda setiap gerakan sholatnya lama akan cenderung sepi jamaahnya dibanding tempat jamaah yang imamnya seperti mengejar maling. Terlebih pada saat pelaksanaan sholat tarawih seperti ini. Tidak dipungkiri orang sekarang mencari yang serba instan, termasuk ketika sholat berjamaah. Semakin cepat sholatnya, semakin banyak pula makmumnya. Hipotesaku ini telah teruji secara klinis. Sehingga munculah jargon, “Qulhu ae lekkkk.... Kesuweeen...”



Ketujuh, sebentar. Biar kupikirkan dulu, apa dikiranya mudah menemukan fakta pada suatu kejadian tertentu? Susah lah. Atau pembaca sudah menemukan terlebih dahulu? Silakan menyampaikan kepadaku biar nanti kutuliskan pada nomor tujuh ini jika memang layak ditambahkan pada point ketujuh.



Demikianlah pemaparan fakta yang unik yang kutemukan (sementara) ketika mengikuti sholat jamaah. Tidak ada maksud apa-apa, hanya ingin menyampaikan hasil observasi yang kulakukan selama ini. Mohon maaf apabila ada ungkapanku yang kurang berkenan dihati para pembaca. Tulisan ini hanya coretan orang awam yang ingin membaca realita.


#mkn
5 Ramadhan 2015

0 komentar:

 
;