Blue Fire Pointer
Jumat, 25 Desember 2015 0 komentar

SELAMAT NATAL PAK RICHARD


SELAMAT NATAL PAK RICHARD
Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha


.
“Tok tok tok”
Suara orang tengah mengetuk pintu. Segera kubuka pintu kamar dan kudapati seorang mengenakan kacamata dan baju lengan pendek.
.
“Selamat siang, nama saya Richard. Saya dari Kota Madiun dan saya adalah seorang Katholik”
Itulah perkataan yang kuingat saat beliau memperkenalkan diri untuk kali pertama. Ternyata Bapak Richard adalah guru di salah satu sekolah Katholik di Kota Madiun. Pria paruh baya yang sopan dengan aksen jawa yang kental ini sangat akrab dengan siapapun yang baru saja dia kenal. Lebih dari itu, kami saling bertukar pengalaman pribadi diruangan yang mulai terasa dingin oleh AC itu. 
.
Singkat cerita, kala itu kami tengah mengikuti diklat pelajaran Bahasa Indonesia guna implementasi K13 disalah satu hotel di Surabaya selama tiga hari. Dari Tulungagung, aku berangkat beserta ketiga temanku, seorang dari salah satu sekolah Muhammadiyah, seorang dari sekolah Kristen dan seorang lagi dari sekolah Katholik. Namun disini aku tidak akan banyak bercerita tentang ketiga teman sekotaku itu. Selain kami berbeda jenis kelamin, kami juga berbeda kamar sehingga tidak banyak yang aku ketahui dari Bu Ratna dan Bu Elizabeth. Disini aku akan menceritakan Bapak Richard, seorang guru yang berusia jauh diatasku serta seorang penganut katholik yang taat.
.
Dikamar itu, kami tidak sendirian. Aku ditemani oleh seorang muslim lain yang bernama Bapak Tamamun. Pernah suatu ketika, aku dan Bapak Tamamun menunaikan Sholat Maghrib berjamaah dengan aku bertindak sebagai imam sedangkan Bapak Richard dengan penuh rasa toleransi duduk ditempat tidurnya dengan tenang. Beliau yang semula menonton televisi, langsung bersedia mematikan televisi tersebut tanpa kami minta, bahkan beliau memberikan tempat agar kami leluasa menjalankan ibadah. Suasana kamar yang heterogen itu kian menimbulkan chemistry antar sesama penghuni kamar.
.
Sholat Maghrib telah selesai, untuk menunggu acara selanjutnya kami memutuskan berbincang ringan. Bapak Tamamun menceritakan bahwa dia dahulunya aktivis sebuah partai islam terkemuka di Kabupaten Malang. Namun pada pemilu kemarin beliau berpindah haluan menjadi panitia pemilu. Segala intrik dunia politik bangsa ini beliau ceritakan dengan segala problematikanya. Kepada Bapak Richard, aku tertarik untuk menanyakan konsep trinitas, keuskupan gereja, paus di Vatikan, perbedaan Kristen Katholik, Orthodox dan Protestan, perjanjian lama dan perjanjian baru serta masih banyak lagi. Sedangkan aku, hanya menjadi pendengar setia dari dua Bapak yang sudah senior ini dan telah makan banyak asam garam kehidupan.
.
Aku banyak mengamati ibadat yang Bapak Richard lakukan. Ketika subuh menjelang, badan ini telah merasa segar ketika kulanjutkan dengan ritual seperti biasa kepada Tuhan pagi ini. Sementara itu, Bapak Richard setelah dari kamar mandi juga melanjutkan beribadah pagi dengan Al Kitab-nya. Kemudian, satu hal yang aku salut dari Bapak Richard ketika makan, beliau selalu membiasakan diri membaca doa dengan menggenggam telapak tangan dan menundukkan kepala sebelum menyantap makanan dan sesudahnya. Bahkan aku sendiri sering lupa untuk melakukannya. Tuhan mengingatkan umat-Nya dengan berbagai cara.
.
Pernah suatu malam, setelah seharian mengikuti workshop, seperti biasa kami bercengkrama didalam kamar. Bapak Tamamun menceritakan kisahnya berdua dengan istrinya yang paling ia cintai. Mereka telah saling berkenalan selama enam tahun hingga akhirnya menikah pada tahun 1996 dan kini telah memiliki seorang anak yang sekolah di salah satu SMK di Malang. Beliau berbagi tips untuk memilih calon istri itu tidak hanya dilihat dari kecantikan, kekayaan, kebaikan, atau bahkan agamanya. Namun, lihatlah wanita yang tulus ikhlas mencintaimu dan sudi menerima akan segala kekuranganmu. Widih, bisa keren juga orang yang kadang suka ngebanyol ala aksen Ngalam ini.
.
“Ciyeeeh... Kayaknya uis ngebet iki njaluk-njaluk tips barang”, celetuk Bapak Richard.
Dan aku hanya membuat simpul senyum malu menutupi perasaan ini. Yah, dari Bapak Richard, aku mengetahui bahwa di agama Khatolik itu tidak diperkenankan untuk mengucapkan kata “cerai”. Apabila seseorang telah melakukan janji suci pernikahan untuk sehidup semati didepan altar gereja, mereka harus bisa menjaganya hingga maut memisahkan mereka. So sweet. Pada dasarnya semua agama itu sama. Aku banyak belajar dari kedua Bapak yang sudah banyak makan asam garam kehidupan ini terlebih masalah percintaan. 
.
Terlebih Bapak Richard, beliau adalah seorang bapak yang sangat mencintai keluarganya. Hampir setiap saat ketika beliau senggang tak lupa beliau mengabarkan kondisinya kepada istri dan anak-anaknya. Tak lupa dia mengingatkan anak-anaknya untuk beribadat. Beliau juga pernah menunjukkan kepada kami foto istri dan anak-anaknya, rumahnya, sekolahnya dan beberapa kegiatan yang pernah beliau ikuti. Dari foto-foto itu, seolah bercerita bahwa beliau adalah orang yang baik hati.
.
Dengan tulisan ini, aku ingin mengajak semua manusia didunia ini untuk menjalin hubungan baik dengan siapapun, tanpa memandang suku, agama, ras, golongan, bangsa atau apapun. Terlebih menyoal agama, ini merupakan isu yang paling sensitif untuk dibahas. Namun, bukankah Sayyidina Ali sudah berkata, “Dia yang bukan saudaramu dalam iman, adalah saudaramu dalam kemanusiaan”. Karena menurutku, berbuat baik adalah bahasa yang mudah dimengerti bagi semua manusia didunia ini.
.
Tidak kah kita mengingat? Ketika Nabi Muhammad SAW menyuapi Yahudi yang buta, ketika Gandhi sampai membela hingga mati hak kaum muslim, ketika Paus Fransiskus merangkul manusia berpenyakit dan menyuci kaki tahanan muslim, ketika Bunda Theresa merawat kaum Hindu miskin. Kata Gusdur, "Tidak penting apapun agamamu atau sukumu, jika kamu bisa berbuat baik kepada semua orang, orang tidak akan tanya apa agamamu?"
.
Jika Tuhan mau, Dia bisa saja menciptakan manusia dari satu golongan atau satu agama saja, tetapi tidak bukan? Tuhan justru menciptakan manusia menjadi bersuku-suku, berbangsa-bangsa, beberapa agama, beberapa keyakinan, beberapa golongan agar saling mengenal, menghargai dan toleransi. Terlebih di Indonesia, disebuah negara yang mengagungkan semboyan “unity in diversity”.
.
Tentang tema tulisan ini, merupakan klise yang sering kita jumpai setiap tahunnya. Sebenarnya, dalam Al Qur’an terdapat ucapan selamat atas kelahiran Nabi Isa yakni,”Salam sejahtera (semoga) dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari aku wafat, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”. Silakan membuka Surat Maryam ayat 33. Surat ini mengisyaratkan bahwa diperkenankan mengucapkan selamat natal pertama yang diucapkan oleh Nabi yang mulia tersebut. Akan tetapi, persoalan akan menjadi berbeda manakala dikaitkan dengan hukum agama yang tidak semudah yang dibayangkan oleh banyak orang. Karena hukum agama itu tidak terlepas dari situasi, kondisi, konteks dan pelaku.
.
Bagi mereka yang melarang ucapan selamat natal manakala dikaitkan ucapan itu dengan kesan yang ditimbulkannya, atau dalam kata lain, mengakui akan Ketuhanan Sang Juru Selamat. Makna tersebut (tentu saja) jelas bertentangan dengan akidah agama ini sehingga pengucapan tersebut menimbulkan kerancuan dan kekaburan. Hal ini dilekatkan dengan dalil, man tasyabbaha bi qaumin fahuma minhum. Dipihak lain ada juga pandangan yang membolehkan ucapan selamat natal. Masih dalam surat Maryam, pada ayat 30 juga disebutkan bahwa,”Sesunggunya aku ini, hamba Allah. Dia memberiku al-Kitab dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Nah, salahkah kalau kita mengucapkan selamat natal dibarengi dengan keyakinan itu? Bukan kah terdapat salam yang ditujukan kepada Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Harus, Ilyas dan para Nabi lain? Apa salahnya kita memohon curahan sholawat salam untuk Nabi Isa sebagaimana kita mohonkan kepada seluruh nabi? Tidak bolehkan kita merayakan hari lahir (natal) nabi Isa? Bukankah Nabi Muhammad juga merayakan hari keselamatan Nabi Musa dari serangan Fir’aun dengan berpuasa Asyura seraya bersabda kepada orang-orang Yahudi yang sedang berpuasa seperti sabdanya, “Saya lebih wajar menyangkut Musa (merayakan atau mensyukuri keselamatannya) daripada kalian (orang-orang Yahudi)” maka Nabi pun berpuasa dan memerintahkan (umatnya) untuk berpuasa (HR. Bukhori, Muslim dan Abu Dawud)
.
Menurut pengetahuan awamku, larangan muncul dalam rangka upaya memelihara akidah karena ditakutkan kerancuan pemahaman. Oleh karena itu larangan tersebut lebih ditujukan kepada mereka yang kabur akidahnya. Nah, kalau demikian manakala seseorang disaat mengucapkan tetap murni akidahnya atau mengucapkan sesuai kandungan selamat natal yang Qur’ani dan kemudian mempertimbangkan situasi dan kondisi diucapkan agaknya kurang beralasan lah larangan tersebut.
.
Membuat spanduk larangan mengucapkan selamat natal bahkan berkoar-koar akan keharaman mengucapkan selamat natal bukan mencerminkan jiwa “islami”. Silakan manakala saudara-saudara muslim-ku memilih tidak mengucapkan selamat natal. Itu soal pilihan. Namun bukankah, dalam interaksi sosial dan keharmonisan hubungan, Al Qur’an dan Hadits memperkenalkan suatu bentuk redaksi dimana lawan bicara memahaminya sesuai persepsinya, namun bukan seperti yang dimaksud oleh pengucapnya karena si pengucap sendiri mengucapkan dan memahami redaksi sesuai dengan pandangan dan persepsinya sendiri.
.
Dalam konteks ini, aku memilih mengucapkannya karena kuyakin Tuhan yang kusembah adalah Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tuhan yang dalam keyakinanku tidak akan menghukum (memasukkan kedalam neraka) seorang hamba hanya karena menjalin relasi yang hangat dengan non-Muslim dengan saling menghormati serta menghargai keyakinan masing-masing. Tuhan yang aku sembah tidak mungkin memarahiku hanya karena berbagi kebahagiaan dengan mengucapkan selamat natal kepada manusia yang juga merupakan ciptaan-Nya namun berbeda keyakinan dariku.
.
Buddha was not a buddhist. Jesus was not a christian. Muhammad was not a muslim. They were teachers who taught love. Love was their religion. We were all humans until, race disconnected us, politics devided us, wealth classified us and religion separated us. Yap! We are all one, only egos fears and beliefs separate us. Last but not least,
“Selamat Maulid Rosulullah Muhammad Sallallahu ‘alaihi Wassalam dan Selamat Maulid Nabiyullah Isa ‘alaihissalam. Selamat Natal, Pak Richard”
.
***************************************************
NB:
Sengaja kucantumkan foto dari Bapak Richard karena siapa tahu salah satu pembaca tulisanku ini mengenal beliau. Karena jujur, nomor handphone beliau telah hilang seiring handphone-ku yang berganti sehingga kami telah lost contact. Siapa tahu, terdapat pembaca yang berasal dari Kota Madiun atau daerah lain yang mengenal beliau dan memberitahu akan tulisan ini kepadanya.
Selasa, 22 Desember 2015 0 komentar

GORESAN CINTA BUAT BUNDA


GORESAN CINTA BUAT BUNDA
Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha


.
Geliat Literasi di IAIN Tulungagung‬ kembali tumbuh. Setelah beberapa saat yang lalu terbit sebuah buku kompilasi dari tulisan mahasiswa, alumni, dosen dan seluruh civitas akademika kampus ini yang berjudul GELIAT LITERASI, kini baru saja terbit buku dengan format serupa namun dengan tema berbeda. GORESAN CINTA BUAT BUNDA. Ya! Begitulah buku ini diberi nama. Sebuah buku yang ingin merefleksikan ungkapan cinta kasih terhadap figur seorang pemilik surga dikaki beliau dari setiap penulisnya. Tentu saja buku ini bisa publish dengan dipelopori oleh pioneer-pioneer literasi nomor wahid dikampus bergenre Islam di Tulungagung ini.
.
Buku yang memiliki ketebalan 152 halaman ini sangat cocok dibaca untuk mengisi waktu luang atau pada saat liburan karena dengan konten yang ringan, seringan bobotnya, namun jika dicermati lebih hikmah setiap goresan cinta tulisan dari setiap kontributornya, akan memunculkan dimensi spiritual, psikologi dan emosional hubungan antara seorang anak dengan ibunya. Para penulis berusaha menuangkan sebuah persembahan kepada semua ibu didunia ini dengan bahasa tulis.
.
Buku ini merupakan bentuk konkret dalam momentum mengenang jasa besar ibu. Kompilasi tulisan ini lebih mengangkat dimensi spiritual yang selama ini jarang disentuh. Spiritual dalam arti berbasis Islam, bukan spiritualitas universal tanpa terikat dengan sebuah agama tertentu. Ibu memiliki makna yang mulia dalam Islam. Menarik manakala kita mencermati simbol-simbol spiritualitas perempuan yang dilekatkan kepada figur seorang ibu. Besarnya peranan ibu dalam kehidupan menunjukkan bahwa ibu memang seharusnya memperoleh penghargaan dan penghormatan dari kita. Ibu, dalam perspektif spiritualitas, adalah kunci keberhasilan hidup. Dengan menghormati sosok ibu, kita dapat mencapai kematangan spiritual dan kesuksesan dalam hidup.
.
Terdapat sekitar 24 penulis dalam buku yang diterbitkan bertepatan dengan momentum hari ibu tahun ini. Termasuk didalamnya, karya dari seorang Mohammad Khadziqun Nuha yang berjudul “MALAIKAT TANPA SAYAP ITU KUSEBUT IBU” pada halaman 59 (terimakasih untuk yang setelah membaca ini, langsung membuka halaman tersebut. Hehe). Dengan bahasa hiperbola, metafora, personifikasi, ilmiah, science, litotes, dan ironi yang merupakan ciri khas dari tulisanku, kurangkai barisan kata yang merupakan manifestasi nyata bentuk cinta kasihku terhadap orang yang paling berjasa dihidupku. Sosok malaikat tanpa sayap yang kusebut ibu.
.
Penasaran dengan isi dari buku ini? Segera dapatkan buku “GORESAN CINTA BUAT BUNDA” dan selamat memperoleh hikmah cinta kasih figur seorang bunda dihari ibu ini. Diharapkan untuk membeli buku yang asli karena dengan membeli buku yang bukan bajakan merupakan wujud apresiasi nyata kepada para penulis.
Minggu, 06 Desember 2015 0 komentar

MERASA TERHINA?


MERASA TERHINA?
Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha


.
Sebagai makhluk sosial, tentunya tidak dipungkiri setiap manusia harus berinteraksi dengan manusia lainnya. Tak hanya untuk hubungan pekerjaan, sekolah, kuliah, komunitas, pertemanan, percintaan serta hubungan lain. Tidak menutup kemungkinan manakala kita bersosialisasi dengan orang lain terjadi gap atau benturan-benturan pendapat, pola pikir, dan perasaan yang membuat sakit hati. Sebagai manusia biasa itu merupakan suatu hal yang wajar. Yang tidak wajar adalah disaat kita terus terkungkung dalam lingkaran perasaan tersakiti karena berada posisi yang kalah. Taruhlah mudahnya aku akan menganalogikan sebuah cerita singkat seperti ini.
.
Alkisah terdapat seorang guru yang baru saja masuk ke dalam ruang kelas yang cukup gaduh. Setelah berada didepan kelas, sang guru tersebut kemudian mengangkat selembar uang kertas bernilai Rp 100.000 rupiah didepan siswa-siswanya lalu beliau bertanya,”Siapa yang mau uang ini”? Sontak semua siswa menatap penuh tanya sembari langsung mengangkat tangan mereka sebagai pertanda untuk ‘mau’. Kemudian sang guru meremas uang Rp 100.000 tersebut dengan tangannya dan kembali bertanya kepada seisi kelas,”Sekarang, siapa yang mau dengan uang ini?”. Kembali semua siswa tanpa terkecuali mengangkat tangan mereka.
.
Selanjutnya, sang guru melempar uang tersebut ke lantai dan menginjak-injaknya dengan sepatunya hingga kotor. Setelah yakin bahwa uang itu telah kotor oleh debu dan terlihat kusut, beliau kembali berkata,”Sekarang, siapa yang masih mau dengan uang ini?”. Dan seperti yang telah diduga, tetap saja seluruh siswa mengangkat tangan mereka.
.
Sesaat setelah itulah sang guru baru memasukkan pelajarannya.
“Nak, inilah pelajaran kalian hari ini, betapapun kalian berusaha mengubah bentuk dari uang ini hingga kotor, berdebu dan kusut tidak akan pernah berpengaruh terhadap nilainya. Uang ini tetap akan bernilai Rp 100.000 rupiah meski sudah tidak berbentuk seperti semula”, penjelasan guru tersebut.
.
“Begitu juga dengan kalian semua, nak. Bagaimanapun kalian direndahkan, dihinakan, dikucilkan, diremehkan, dinistakan, dilecehkan, dipojokkan, atau bahkan difitnah sekalipun, kalian harus tetap yakin bahwa nilai hakiki yang terdapat dalam diri kalian tidak akan pernah tersentuh. Ketika itu kalian akan tetap berdiri kokoh setelah terjatuh. Secara implisit, kalian akan memaksa semua orang untuk mengakui harga diri kalian. Bahwa kalian adalah sosok yang tahan banting, bahwa kalian adalah sosok yang tangguh, dan bahwa kalian adalah sosok intan yang tercipta dari dua hal didunia ini, yakni suhu dan tekanan yang tinggi di bumi ini. Semakin tinggu suhu yang ia terima, maka akan semakin tinggi pula tekanan yang diperoleh. Apabila ia mampu bertahan dan tidak hancur, maka dialah yang berhak menjadi intan yang berkilauan, keras, indah, kokoh serta mahal nilai jualnya.”
.
Maka dari itu pembaca setia tulisan-tulisanku, berdasarkan ilustrasi cerita diatas, seberapapun hebat konflik batin yang terjadi dalam suatu hubungan antara seseorang dengan orang lain, maka manakala kita dalam posisi yang lemah, yakinlah kita tengah ditempa menjadi sebuah intan berkilauan yang bernilai tinggi. Tuhan tidak akan menguji umat-Nya diatas batas kemampuan umat tersebut. Kalau kita tengah dihadapkan pada suatu masalah, berarti Tuhan sedang memberikan kepercayaan kepada kita bahwa kita sanggup untuk mengatasinya. Satu hal yang patut ditanamkan pada diri kita adalah suatu kepercayaan bahwa kita mampu menghadapinya. Dibalik berbagai jalan yang terjal menuju suatu objek wisata, pada akhirnya kita akan menemukan hamparan pemandangan luar biasa apabila telah tiba di tempat wisata tersebut. Dibalik hujan badai yang turun, setelahnya akan muncul pelangi yang sungguh indah. Serta dibalik malam yang gelap, maka akan terbit sinar mentari yang terang. Namun disaat kita kehilangan kepercayaan terhadap diri kita sendiri beserta nilainya, maka saat itulah kita kehilangan segala-segalanya.
.
Tulungagung, 6 Desember 2015.
Minggu, 06 September 2015 0 komentar

EMAAAKKK... AKHIRNYA AKU WISUDAAA...

EMAAAKKK... AKHIRNYA AKU WISUDAAA...
Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha






Screenshot ini menunjukkan gambar yang ku-upload pada tanggal 25 Mei 2015 atau sekitar tiga apa empat bulan sebelum toga itu kukenakan. Gambar itu merupakan ungkapan frustasiku karena tak kunjung mengerjakan thesis. Mood yang kurang stabil tak lain sebagai penyebabnya. Padahal, di semester awal aku berekspektasi untuk menebus kesalahanku mana kala mengerjakan skripsi yang juga hampir mendekati deadline. Pesimis sudah menyeruak dibenakku kalau-kalau aku tak sanggup menyelesaikan tugas akhir ini tepat waktu.

Namun, akhirnya... Cukup satu kata yang mewakili perasaanku kemarin,
“ALHAMDULILLAH”

Akhirnya perjuanganku berujung dengan dipindahkannya kucir oleh Sang Rektor. Haru sudah pasti, title magister telah ditangan. Terlebih melihat kedua orangtua hadir pada hari yang sangat bersejarah itu merupakan kebanggaan tersendiri. Meski tidak sesuai dengan hasrat yang menggelora dihati, tapi yasudahlah. At least, ini lah hasil klimaks dari perjuanganku selama empat semester ini. Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillahirobbil ‘alamin.

Maka, kini ayat yang diulang-ulang pada Surat Ar Rahman yang terlintas dibenakku,
“Maka nikmat Tuhan-mu manakah yang kamu dustakan?”


Flashback ke beberapa tahun silam. Rasanya tidak mungkin aku sampai meraih title sejauh ini. Bagaimana tidak? Dilahirkan dikeluarga yang konservatif serta putra seorang petani yang sederhana rasanya suatu hal yang mustahil jika aku bermimpi sejauh ini. Sejak lulus SD, abahku menyarankanku untuk melanjutkan belajar dipondok. Secara, beliau dan juga ibuku merupakan alumni pondok terkemuka didaerah kami. Hal tersebut juga diikuti kedua adik kandungku. Namun, aku menjawab itu dengan nilai belajar yang memuaskan sehingga ibu lah orang yang memperkenankanku untuk melanjutkan ke jenjang SMP, SMK bahkan hingga jenjang Perguruan Tinggi seperti saat ini karena melihat potensi yang berbeda pada diriku.

Soal biaya, aku percaya dengan peribahasa “banyak jalan menuju Makkah” atau bahkan peribahasa “where there is a will, there is a way”. Bahwa Allah tidak akan meninggalkan umat-Nya yang berikhtiar, berdoa dan bersungguh-sungguh. Hampir semua jenjang pendidikan yang kulalui, aku mendapatkan beasiswa. Semua berawal dari hasrat bahwa aku ingin membuktikan jika pilihan hidupku merupakan jalan yang tepat.

Gelar sarjanaku sedikit banyak terbantu oleh beberapa beasiswa yang kudapat. Untuk masalah lain-lain, dipikir sambil berjalan. Yang terpenting tetap fokus belajar untuk meraih harapan orangtua agar tidak mengecewakan mereka berdua. Walhasil, meski sempat berkecimpung dengan dunia aktivist kampus dengan segudang aktivitas, aku berhasil menyelesaikan studi S1-ku tepat waktu selama empat tahun dengan predikat memuaskan.

Dengan predikat itu, salah seorang dosenku yang sedang mengadakan penilitian tentang mahasiswa terbaik jurusan bahasa inggris dari tiga kampus yakni Universitas Negeri Malang, UIN Malang dan STAIN Tulungagung akhirnya mewawancaraiku, dan salah dua pertanyaan yang paling kuingat adalah,
“Kadiq setelah ini mau melanjutkan kemana?”, Tanya Ma’am Nurul Chojimah.
“Saya dalam posisi dilema, Ma’am. Dalam pilihan yang sulit. Memilih antara menjadi seorang yang ‘idealis’ atau ‘oportunis’. Jika menjadi seorang yang idealis, tentunya saya ingin melanjutkan pendidikan yang linier dengan jenjang S1 saya. Namun tentunya saya belum yakin memiliki dana untuk itu. Manakala saya menjadi seorang yang “oportunis”, pihak kampus menyediakan beasiswa lanjut studi S2 di kampus kita. Namun, masalahnya dikampus kita belum ada jurusan S2 Bahasa Inggris. Biarkan saya berfikir dahulu untuk sementara waktu... Hmm... Tetapi sepertinya saya lebih condong menjadi seorang yang pragmatis untuk saat ini”, Jawabku.
“Tapi kamu masih ingin melanjutkan studi di jurusan Bahasa Inggris kan?”, lanjut beliau.
“Insya Allah masih. Kalau diberikan kesempatan saya ingin melanjutkan pada passion saya. Sekarang dijalani dahulu kesempatan yang sudah ada sembari mengumpulkan dana untuk itu, insya Allah”.


Benar saja, tak sepersen pun dana kukeluarkan untuk membayar SPP di jenjang S2 ini. Aku hanya perlu fokus, fokus dan fokus untuk belajar. Ada saja cara Allah untuk memberikan kemudahan kepada kita kalau kita berikhtiar dan berdoa kepada-Nya. Kuncinya hanya satu, yakin. Masalah yang lain serahkan kepada Sang Pemberi Kehidupan.

Dua tahun berselang, 5 September 2015, lambang supremasi tertinggi dalam menempuh jenjang pendidikan strata dua-ku telah ditasbihkan selesai. Kini hanya tinggal menunggu ijazah yang keluar dan ijabsah. Rasanya luar biasa. Mimpi yang menjadi kenyataan. Kujawab kepercayaan yang diberikan ibu untuk melanjutkan studiku dahulu. “Emaaakkk... Akhirnya aku wisudaaa...”. Ya! Semua mengalir bak air sungai menuju muara. Syukur ke hadirat Allah tak lepas kupanjatkan teriring ungkapan, Alhamdulillah. 
“Maka nikmat Tuhan-mu manakah yang kamu dustakan?”


Mungkin beberapa pembaca tulisan ini akan mengira aku riya’. Wajar, kuhormati argumen kalian. Tetapi tidak! Izinkan aku memberikan pledoi. Aku hanya ingin berbagi pengalaman serta berbagi hikmah kepada mereka diluar sana yang masih takut untuk bermimpi dan menyangsikan kekuasaan Allah. Siapa tahu ada yang dapat terinspirasi dariku.

“Nothing is impossible for Allah if we believe in”. Janganlah takut untuk bermimpi untuk meraih apapun cita-cita kita. “Man Jadda Wajada”, barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil, insya Allah. Karena hidup berawal dari mimpi, dan nantinya kita akan dibangunkan dengan realita manis setelah kita bersungguh-sungguh dalam berusaha. Kuncinya satu, yakin bahwa Allah akan bersama makhluk-Nya yang bertawwakal. Insya Allah. Kini, mimpiku selain mengakhiri masa lajang dan menjadi dosen, adalah melanjutkan ke jenjang S3 atau kembali ke jenjang S2 yang linier, terlebih di luar negeri. Help me, Lord! Bismillah.
Jumat, 21 Agustus 2015 0 komentar

TENTANG DOA YANG TAK KUNJUNG DIKABULKAN

TENTANG DOA YANG TAK KUNJUNG DIKABULKAN



Pernah ngga sih kita merasa padahal kita telah berdoa dengan sungguh-sungguh namun Allah tak kunjung mengijabah doa kita? Pernah ngga sih kita merasa Allah itu ngga adil dalam mengabulkan doa para umat-Nya? Pernah ngga sih kita bermunajat untuk segera mendapatkan pujaan hati namun seraya jodoh itu tak kunjung datang? Pernah ngga sih kita berharap bergelimpang harta namun nampaknya itu hanya angan belaka? Pernah ngga sih kita bermimpi memiliki jabatan yang tinggi namun kenyataannya posisi kita begini-begini saja? Pernah ngga sih kita berdoa untuk memperoleh ketenangan jiwa namun realitanya cobaan tak kunjung habisnya? Pernah ngga sih... Baik, disini aku akan buat analogi suatu cerita rekaan.

Alkisah, ada seorang pria sholeh yang selalu beribadah kepada Tuhannya dengan hati yang tulus ikhlas. Tak lepas doanya setiap malam ia haturkan kepada Dzat Penguasa Alam akan suatu harapan yang sangat ia inginkan. Puasa Senin Kamis rutin ia lakukan. Qiyamul lail tak pernah putus. Sodaqoh jangan ditanya. Orangnya sholih. Ibadahnya baik. Namun, doa tak kunjung terkabul. Sebulan menunggu belum terkabul juga. Tetap dia berdoa. Tiga bulan juga belum terijabah. Tetap ia berdoa. Hampir satu tahun doa ia panjatkan. Sekali lagi, belum juga terkabul.

Dia melihat temannya. Orangnya biasa saja. Ngga ada yang istimewa. Kelakuannya kadang ngga beres. Tipu sana tipu sini terkadang juga ia lakukan. Bahkan sholat saja kadang bolong-bolong. Namun anehnya, setiap dia berdoa pasti segera terkabul. Walhasil, orang sholeh ini datang kepada seorang ustadz lalu menceritakan permasalahan yang tengah bergelayut dipikirannya beberapa waktu ini. Tentang sebuah doa yang tak kunjung diijabah. Sebagai orang yang taat beribadah, dia patut mempertanyakan itu sedang temannya yang “bandel” justru selalu mendapatkan apa yang dia inginkan.

Tersenyumlah ustadz ini. Lantas ia berkata kepada orang sholeh tersebut,” Anak muda, kalau kamu sedang duduk diwarung lalu datanglah seorang pengamen, tampilannya urakan, suaranya pas-pasan, main musiknya asal-asalan, bagaimana? Apa yang akan kamu lakukan?”

Orang sholeh itu berkata, “ Segera saya kasih pak ustadz. Ngga tahan melihat pengamen berlama-lama ditempat itu. Sambil nyanyi pula.”

“Baik, sekarang kondisinya saya ganti seperti ini. Andai yang datang adalah seorang pengamen yang rapi, main musiknya enak, suaranya empuk, bawain lagu yang kamu suka, bagaimana? Apa yang kamu lakukan?”, Lanjut Sang Ustadz.

“Wah, kalau itu saya ngga bakal bosan dengerin Pak Ustadz. Akan saya biarin dia menyanyi hingga habis. Lama pun ngga jadi masalah. Kalau perlu saya akan menyuruh dia nyanyi lagi. Bahkan dia nyanyi sealbum sekali pun saya juga rela. Kalau pengamen yang pertama tadi hanya saya kasih 500 perak, yang terakhir ini 50.000 juga berani, ustadz.”, Ungkap pria sholeh tersebut.

Sang Ustadz pun tersenyum lalu berkata, “Begitulah nak. Allah ketika melihatmu, engkau yang sholeh datang kepada-Nya. Allah akan betah mendengarkan setiap lantunan doamu. Melihat wajahmu dengan penuh harap. Serta Allah ingin bertemu denganmu dalam waktu yang lama. Bagi Allah, ngasih apa yang kamu harapkan itu suatu perkara yang gampang. Tapi yakinlah jika Allah ingin menahan kamu agar khusyuk, biar deket dengan Dia. Coba bayangkan manakala doamu cepat dikabulkan. Apa kamu akan sedekat ini? Dan pada waktunya nanti kamu akan mendapatkan jauh lebih besar dari apa yang kamu minta”.

Setelah berhenti sejenak, Sang Ustadz melanjutkan, “Beda dengan temanmu itu, anak muda. Allah ngga mau kayaknya kalau dia berlama-lama dan deket dengan Allah. Makanya dibiarkan saja dia bergelimang dosa. Makanya Allah buru-buru kasih aja harapannya. Yaa jatahnya memang segitu saja. Ngga nambah lagi”

Nah, saudaraku, para pembaca setia tulisanku. Ini bukan soal seberapa tulus doa kita namun berbanding terbalik dengan realitas yang ada. Namun ini soal sebuah keyakinan bahwa Allah akan mengijabah doa-doa kita tepat pada waktunya. Kalau belum diijabah? Berarti belum tepat waktunya. Yakinlah saudaraku, rencana Allah lebih indah dari pada harapan umat-Nya. Serta, Allah gives what we need, not what we hope. Dia memberikan apa yang kita butuhkan bukannya apa yang kita harapkan. Yang perlu kita lakukan hanya terus bermunajat, berdoa dengan sungguh-sungguh, berikhtiar, bertawwakal serta YAKIN! Bahwa Allah akan mengabulkan segala doa kita. Ingat! SEMUA AKAN INDAH PADA WAKTUNYA. Salam.
Kamis, 20 Agustus 2015 0 komentar

TENTANG APA YANG KUSEBUT OSPEK DIKAMPUSKU

TENTANG APA YANG KUSEBUT OSPEK DIKAMPUSKU



Honestly, kusebutkan diawal kalau aku bukanlah panitia ospek. Bukan pula aku menyebutku Maba​. Lalu, siapa aku? Sudahlah lupakan... Ngga penting siapa aku. Hanya saja, aku sedikit geli membaca perbincangan di grup ini antara junior dengan senior, maba (dalam arti, mahasiswa baru) dengan maba (dalam arti, mahasiswa basi. Eh, amit), atau ntahlah kalian mengklasifikasikan diri kalian apa. Dan hanya pula, aku juga sedikit tersentil dengan topik yang sedang happening di grup ini.

Bener, lucu tau ngga sih. Kadang aku bertanya dalam hati, ini acara apa?? Dimana kameranya ya? Bayangkan, yang satu bilang, "kak, kalau ospek itu sekarang jangan gini lho, jangan gini lho. Kak, kalau ospek emangnya kita ngga boleh ini itu yaaa... Ngga ada waktu ibadah ya? Kak, kalau ospek itu sudah ndak boleh bully menurut anjuran pemerintah lho. Kak, piranti ospek gini-gini amat, emang masih musim yang kayak gini?. Kak, aku ngga mau ikut ospek ah, takut."

Yaaa Allaaah... Hei... Maksudnya.... Aduuuuh... Helooo... Kamu udah pernah ikut ospek sebelumnya kok bisa ngomong begitu, dik? Atau katanya? Iya katanya? Maksudnya, yaudahlah. Dijalanin aja prosesnya. Masalah apa yang terjadi nantinya. Dinikmati saja. Klise tau ngga sih, setiap tahun juga seperti ini. Kalau ngga mau ikut ospek? Yasudah, ngga usah ikut. Titik. Kalau kata Bapak Negara nomor 4 bangsa ini, gitu saja kok repot. 

Namun hanya saja. KALAU, ntar kamu bilang ospek itu sistemnya ngga bener. Bagaimana kamu bisa ngerubah kalau kamu bukan bagian dari sistem? Gampangnya, ospek saja ngga pernah ikut, bagaimana mau ngerubah sistem ospek? Tau apa kamu soal ospek? Apa yang akan kamu  rubah? Sudahlah anak muda, ikuti dulu rangkaiannya. Masalah, ntar kurang suka, nah giliranmu pada tahun-tahun selanjutnya untuk menjadi panitia ospek dan permaklah ospek sesuai ekspektasimu sendiri menjadi yang kau sebut OSPEK YANG IDEAL. Bukannya berani berkoar-koar disosmed, namun nonsense di dunia nyata.

Baik, itu disatu pihak. Di pihak lain juga sama, pada membuat pembenaran tentang apa yang akan dilakukan dalam komentar-komentarnya digrup ini. Ospek itu perlu. Untuk merubah mindset siswa SMA (dan sederajat, tentunya. Nanti dikira diskriminasi) menjadi mahasiswa. Iya, maha. Tentunya berbeda antara yang bertitle maha dan tidak. Mereka pada berkomentar, "Panitia itu selalu benar. Kalau panitia berbuat kesalahan, liat pasal sebelumnya. Maba sekarang ituh manja-manja yaa... Ini saja ditanyain itu saja ditanyain, pertanyaannya ngga mutu pula. Maba itu banyak ngeluh yaa... Maba itu ngga mau repot yaa, padahal sudah jelas pengumumannya. Maba itu..."

Hei... Sudahlah kawan. Kayak ngga pernah menjadi maba saja. Maklum, wajar, umum kalau maba seperti itu. Nah, tugas kalian untuk (yang katanya) merubah mindset mereka menjadi lebih "tertata" menurut kalian. Namun satu hal pesanku, luruskan niat kalian menjadi panitia ospek. Kuharap tidak seperti yang diharapkan para maba. Menjadi panitia ospek hanya untuk ajang balas dendam karena dahulu pernah diperlakukan seperti itu oleh senior kalian.

Terlepas dari polemik yang terjadi seputar ospek, aku bersyukur sekitar enam tahun yang lalu mengikuti ospek dan membuatku ngga menyesal mengikutinya. Satu point positif yang kudapat ketika mengikuti ospek adalah pengalaman dan perkenalanku dengan teman-temanku satu kelompok (eh, itu dua point deng). Silaturahim kami masih terjalin hingga detik ini. Ada yang bilang, selain teman kelas kuliah, teman PPL dan KKN, teman ospek lah yang paling berkesan.

Nah, untuk itu, sebagai danton kelompok religious, aku mau mengabsen teman-temanku ospek dulu. Fauzi Ahmad​ sudah membawa bambu kuning? Resty Safrina Bachtyar​ ngga lupa pakai batik kan? Rifatul Aini​ sudah siap makan pisang diputar bergantian dengan temannya? At Toif Ifan​ sudah hafal lagu darah juang kah? Pepen Bebeh​ ngga lupa bawa mesin ketik kelurahan kan? Fahmi Zulfahmi​ siap iuran mbayar tumpeng kan? Yel-yel pring preketek gunung gamping jebol diteriakkan yang keras dong Ridwan Wahyu​. Mbak Farida Ulum​ sudah ngerjain tugas dari panitia apa belum? Filora Aulia​ jangan lupa memakai capil petani yaaa. Didik Bongoh​ mau jadi komandan tikus berdasi? Risma Alifa​ siap dipepe seharian lagi? Nanti kalau diskusi panel, kita yang makilin ya  Mbak Ois​?Marilah kita refleksikan Mbah Imam​. Dan tak lupa kupanggil IP-ku ketika ospek dulu, mbak Hasanah ElFitri​. Ada ngga sih yang belum kuabsen? Coba angkat tangan!
0 komentar

GENG KOPLAK INGIN FOTO KOPLAK MENGENAKAN TOGA DI DEPAN REKTORAT KAMPUS

GENG KOPLAK INGIN FOTO KOPLAK MENGENAKAN TOGA DI DEPAN REKTORAT KAMPUS
(Haha, judulnya kepanjangan dan ndak puenting)




Lalu, siapa pula dikampus yang ngga mengenal reputasi seorang (eh beberapa orang) macam Neng Husna​ yang merupakan MC kondang kampus yang mendiami radio kampus, Salwa Aticka Dewi​ yang merupakan jurnalis kampus, Winda Khoirunisa​ yang merupakan jurnalis ketika SMA-nya dulu (Eh, lu pernah SMA mbak??), Habibur Rohman​ yang sebagai pengamat mahasiswa alay nomor wahid di kampus, Ahmad Khoiri​ sebagai master photoshop dan corel draw serta paklek Fikri Mustofa​ yang sukses dengan warung angkringan dan fans club 507-nya yang meski ngga lulus tepat waktu, namun lulus pada waktu yang tepat. Mereka adalah orang-orang luar biasa yang biasa diluar. Eh, ada lagi ngga sih yang belum kesebut?

Nah, dia adalah seorang Tika Nifatul Chusna yang memiliki ide konyol untuk berfoto gaya koplak mengenakan toga didepan rektorat kampus. Iya, ketua PC IPPNU Tulungagung kini yang ketika dua tahun yang lalu menjadi MC dengan fasih dapat menyebutkan namaku saat wisuda kala itu. Dalam hati aku bilang, briliant juga nih bocah punya ide kayak gitu. Ngga salah kamu terpilih jadi ketua, nak. Tinggal kita liat aja ntar bisa terealisasi apa ndak foto barengnya.

Ekspektasi-nya sih ngga muluk-muluk amat, pokok mau foto bareng dengan gaya sekoplak mungkin seperti gaya duck face, shock face, gaya salam dua jari, gaya chibbi (eh, kukutuk kau bib kalau sampai memakai gaya ini), gaya nungging, tengkurep, kejengkang atau apalah terserah gayanya yang penting sekoplak mungkin. Intinya, gaya antimainstream yang biasa dilakukan ketika wisuda. Yoi mamen, sudah terlalu mainstream kalau kita-kita memakai gaya foto KTP atau gaya formal pada resepsi pernikahan. Sebagai kaum yang menjunjung tinggi azas kekoplakan, kuharamkan, eh makruh aja deng, kalian semua untuk menggunakan dua gaya terakhir itu. Camkan petisi-ku ini anak muda!

Kenapa sih harus sampai foto koplak bareng didepan rektorat kampus? Mau ikut-ikutan alay kayak cabe-cabean apa terong-terongan? Ngga. Yaa suatu bukti saja bahwa kita pernah berjuang bareng menghadapi ujian tugas akhir. Bahwa kita pernah satu kampus meski ngga sejurusan dan seangkatan namun lulus bareng. Bahwa kita pernah mendapat title jomblo bareng diusia senja kita dikampus (ops... Kecuali yang sudah dapat pasangan). Bahwa kita, setelah kuamati, tidak alay dengan sama-sama memakai nama profil facebook asli (eh amit, kecuali Tika yang nampaknya perlu dipertanyakan ke-memberan-nya digrup kita. Perlu diospeki dulu kayaknya tuh anak)

Lalu, bagaimana kalau ada orang lain selain yang kusebut diatas jika ingin ikut gabung foto koplak bareng? Aku usulin nih gengs, jangan banyak-banyak yang masuk ke geng kita. Ntar malah ngga seru kalau kayak orang mau nyerbu ingin tawuran karena kebanyakan orang. Yaa... Kalau terpaksanya mau memasukkan orang lain, kita adain aja tuh AJANG PENCARIAN BAKAT KEKOPLAKAN. Kalau memang kadar koplaknya tinggi, kita terima aja gabung ke geng kita. Itung-itung sodaqoh, jarang-jarang kan bisa foto bareng artis-artis kampus macam kita-kita. Tul ngga?

Lagi, katanya mau buat banner ucapan selamat atas kelulusan kita? Wah, cerdas itu. Sebagai kaum koplak yang jomblo, siapa lagi yang ngucapin kalau ngga kita-kita sendiri. Sebagai pakar amatiran aplikasi corel draw, aku siap kalau dimintai membuat design-nya. Atau bisa deh minta tolong ke mas Khoiri yang lebih master. Intinya, kita buat background ala-ala penganugerahan Academy Awards, Panasonic Gobel Awards atau Awards-Awards yang lain. Kan keren kan ya? Masalah dana membuatnya kan bisa patungan atau kita menengadahkan tangan diperempatan-perempatan terdekat. Kita harus mengoptimalkan potensi wajah mamel yang kita miliki. Kita? Lu aja ama keluarga lu!

Nah, untuk fotografernya kita lelang aja gimana? Kan ngga seru kalau salah satu dari kita yang motoin. Ntar nda bisa ikut kefoto. Yaa... Fotografer-fotografer amatiran ndak papa lah. Aku tahu kantong-kantong mahasiswa kalian. Yang penting foto kita bisa diupload disosmed beberapa saat kemudian biar terlihat eksis gitu. Atau mungkin mau dicetak ukuran baliho juga ngga papa.

Intinya nih mas bro dan mbak sist. Sebelum tanggal 5 September 2015 kita harus Konferensi Tingkat Tinggi untuk membahas agenda besar kekoplakan kita. Yaa... Biar semuanya terencana dengan matang dan pada saat hari H sudah ready to work. Masalah siapa koordinatornya terserah deh aku ngikut. Tinggal tentuin kapan ngumpulnya dan dimananya.

Eh, tapi sebelum mengakhiri tulisanku ini, ada satu pertanyaan penting yang ingin kutanyakan ke kalian semua. Jadi, sebelum kita ngalor ngidul ngobrolin mengenakan toga,
HEYYYY.... REVISIANMU SUDAH SELESAI APA BELUM, CAH?
Sabtu, 15 Agustus 2015 0 komentar

SEPERTINYA DIA KEBANYAKAN PIKNIK

SEPERTINYA DIA KEBANYAKAN PIKNIK

Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha



Siapa yang ngga mengenal Habibur Rohman​, M. Pd. I (Maaf, gelar masih dipending sampai revisian selesai)? Iya, salah satu spesies yang telah menghuni satu-satunya kampus negeri di kota marmer selama sekitar enam tahun ini. Wah, ngga kerasa yaa vroh, udah lama juga kita (terpaksa aku bilang "kita") berada dikampus ini. Perasaan baru kemarin kita ikut ospek dengan tampang unyu-unyu, ingusan dan tanpa dosa.

Jangan paksa aku untuk menyebutkan prestasi dari abang kita yang satu ini. Dimulai dari pakar dunia percintaan yang "sepertinya" belum pernah jatuh cinta (Maaf, lu normal kan mas berroooo?), konsultan bagi pengidap berbagai masalah pribadi, motivator diberbagai seminar yang dihadiri jutaan pasang mata semut, penggede didunia aktipis kampus yang lulus tepat waktu, koordinator penonton bayaran disidang tugas akhir mahasiswa, ah... sudahlah ngga perlu kusebutkan semuanya. Bisa makin besar tuh kepalanya.

Lalu, apa hal yang ingin kubahas darinya pada tulisanku kali ini? Tepat! Yaa... Yang terpampang nyata difoto ini. Bisa dilihat sendiri, peristiwa ini terjadi kemarin ketika sidang thesis (eciiieee.... yang udah sidang). Bayangkan, ketika mahasiswa lain menjelang ujian tengah sibuk belajar membaca hasil pekerjaannya, membuat draft presentasi, atau bahkan sepertiku (sorry to say, nahan kebelet kebelakang karena saking dag dig dug-nya). Eh, tau ngga apa yang dia lakukan? Diambilnya tas yang ntah apa isinya selain thesisnya. Dan apa yang dia keluarkan? Yap! Seperti yang ada di foto itu. Malah jajan yang dikeluarkan. Kerupuk asal tahu aja....

Heiii broooo.... 
Aduuuuh... 
(pegang kepala)
Maksudnya... 
Heiii... 
Yaa Allaaah.... 
Lu kira sedang piknik? Ini ujian masberrroooo... Ujiaaan... Baca buku kek, baca thesismu kek, atau apa kek gitu. Ini? Malah ngemil. Yaa Allaaaah. Lu sehat broh? Aku yang duduk didepannya hanya bisa nelen ludah, geleng-geleng kepala dan mengelus dada. 

Haha, padahal dalam hati mau bilang, "Bro, bagi dong! Lu kira gua ngga laper apaaah...", tapi ngga jadi. Gengsi kan yaaa... Hahaha.

Tapi yasudahlah. Cara orang meredam rasa gugup-nya berbeda-beda. Mungkin dia beranggapan dengan mengisi perutnya dapat mereduksi bayang-bayang "angker" ruang sidang. Atau, lu emang belum sarapan kemarin broh? Kenapa ngga sekalian ngebawa mbok kantin ke depan ruang sidang biar pada pesen. Lumayan, ntar hasilnya bisa dibagi dua.
*tepok jidat*

Apapun, itu. Gua, eh aku, salut padamu broh, dengan berbagai keunikan yang kau miliki, dengan pemikiranmu yang antimainstream, serta misimu ingin mendobrak "culture" kampus dan sosial secara umum yang menurutmu kurang pantas. Aku angkat topi untuk itu. Eh, jangan dikira aku suka padamu. Aku masih normal hei... Hanya saja, sudahlah... Lanjutkan perjuanganmu anak muda. Lanjutkan untuk mengembangkan HFC, dalam kurung, Habib Fans Club. Popularitas HFC di Jawa Timur hanya kalah dengan KFC (dibaca : Kadiq Fans Club).
0 komentar

THESIS YANG TAK DIRINDUKAN

THESIS YANG TAK DIRINDUKAN

Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha



Anak sekolah yang dihukum karena ngga ngerjain tugas? Bukan. Bapak-bapak nulis biodata di KUA? Bukan juga. Foto itu bukan tentang itu. Ini adalah foto para pejuang thesis yang menunggu detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam untuk “yaumul hisab” guna mempertanggungjawabkan hasil tugas akhirnya dengan membuat draft presentasi. Ya! Sekali lagi kusebutkan, TUGAS AKHIRNYA. Syarat wajib bin fardhu ‘ain apabila para pejuang thesis ingin mengenakan toga pada hari yang ditunggu-tunggu itu.

Namun judul tulisan diatas bukan karena efek latah dari film yang lagi happening beberapa hari ini. Bukan. Aku ngga pengen numpang tenar. Hanya saja, dengan plesetan itu kurasa tepat untuk mendeskripsikan sedikit kenanganku dengan makhluk yang bernama thesis. Ya, sedikit. Kukerjakan tugas akhirku ini dalam hitungan hari.

Ya! Berbicara tentang thesisku, rasanya tak ada kata yang tepat untuk melukiskan kelelahanku dalam menyelesaikannya. Capek iya, frustasi iya, males iya, bosen iya, pengen nyerah apalagi. Namun sebagai pewaris jiwa ultraman yang pantang menyerah bahkan hingga lampu di dadanya telah berkedip, aku terus berusaha hingga titik semangat penghabisan. Peristiwa heroik ketika perobekan bendera penjajah di Hotel Yamato di Surabaya saja belum cukup untuk melukiskan betapa perjuanganku tidak lah mudah. Merangkak, tertembak, terjatuh, dibombardir, lengkap sudah. Namun demi satu tekad yang bulat, bahwa ingin mengibarkan bendera kesuksesan meraih gelar magister, aku harus menafikan semua itu.

Jangan ditanya berbagai cobaan yang serasa tiada hentinya bak hujan deras dengan badai dan petir yang menyambar-nyambar. Bayangkan saja, dimulai dari proses proposal pun telah diuji dengan kesulitan ketika ingin berkonsultasi. Belum lagi dengan keyboard laptop dan printer yang sedikit bermasalah. Itu belum cukup, ingin membuka laptop untuk mengetik, beratnya naudzubillah. Namun ketika membukanya untuk berselancar didunia maya, seraya mengangkat kapas.

Saat penelitian tiba, surat izin ternyata juga masih bermasalah. Aku harus bolak-balik mengurus ke pasca. Capek? Pasti. Ingin nyerah? Jangan ditanya. Belum cukup dengan itu, dilokasi lain tempatku observasi, ingin menjumpai Kepala Sekolah saja susahnya seperti ingin bertemu Bapak Presiden. Walau akhirnya bisa terlaksana, tapi deadline sudah diujung tanduk.

Soal ACC, berasa uber-uberan dengan waktu. Dan diwaktu yang telah memasuki masa tenggang pendaftaran ujian itu, dosen yang ingin kumintai tandatangan tengah meninjau lokasi KKN. Bagaimana ini? Padahal sudah mendekati deadline. Kuputuskan untuk meminta tandatangan dosen yang satunya lagi. Namun, nampaknya beliau belum bersedia menandatangani kalau dosen yang awal belum memberikan ACC. Benar saja, ketika kuberikan di resepsionis kampus, aku harus pulang dengan tangan hampa. Walhasil, langsung kuhubungi dosenku yang awal untuk mendapat kejelasan nasibku. Naas, ternyata tak kunjung dibalas. Yasudah, besok saja. Sekarang pulang saja.

Sedang asyik rebahan ditempat tidur. Aplikasi whatsapp-ku berbunyi pertanda ada pesan yang masuk dengan tulisan seperti ini:
“Besok pagi saya mengisi acara di Trenggalek, jika perlu tandatangan saya malam ini titipkan di pos satpam. Besok jam 6 saya mampir ke kampus”
Nahlo? Sekarang? Belum juga reda rasa letihku, pesan yang lain muncul,
“Sekarang saya menuju kampus, kalau mau nunggu di pos satpam 45 menit lagi sampai”
Cukup sampai disitu tentang ACC, setelah mendapat tandatangan beliau, dosen yang satunya langsung memberikan ACC.

Namun “rintanganku” belum kelar sampai disitu. Keesokan harinya kubendel lah thesis yang penuh perjuangan itu. Karena menunggu tak kunjung selesai kuputuskan untuk mengambil besok. Belum juga keluar dari tempat fotocopy, mendapat pesan dari grup whatsapp kelas bahwa jadwal ujian telah terpampang dengan nyata. WHAT?? Dimana namaku? Aku ngga jadi ujian? Aku kan sudah daftar? Sontak aku langsung menuju ke pasca untuk memohon penjelasan. Ah, tapi sudah tidak ada orang ditempat itu. Fine, besok saja.

Keesokan harinya, kudatangi kantor lagi. Dan ternyata kertas pendaftaranku tidak ada. Padahal aku yakin, aku sendiri yang menuliskan dilist itu. Tapi dimana? Sudahlah, bukan saatnya mempertanyakan itu. Yang penting sekarang menulis lagi agar dapat ujian beberapa hari setelah ujian yang pertama. Itu pun juga harus mencari map persyaratan pendaftaranku yang hilang juga. Hadeh...

Nasib malang masih berlanjut hingga pagi ini. Bendelan thesisku ternyata tidak ada dimeja penguji. KASUS!!! APALAGI INI!!! Langsung panik dah aku dan menuju ke kantor untuk mencari kejelasan. Yaa Allaaah... Cobaan apa lagi ini. Setelah ditanyakan kebeberapa pihak akhirnya ketemu.

********
Dan, ...
Ketika sidang thesis telah terlewati, setelah kubuka pintu ruang sidang, ungkapan pertama yang terucap adalah...
Aaarrrrrgghhhh....
(Meski dengan suara yang tidak terlalu keras)

Itu memang wajar menimpa semua orang yang tengah mengerjakan tugas akhir kuliah. Namun kurasa sangat melelahkan pengalamanku pada jenjang pendidikan yang satu ini. Terlepas dari nasib malang itu semua, memang salahku yang tak kunjung bangkit setelah kondisi batin yang porak poranda. Bahkan hasrat menebus kesalahan ketika mengerjakan skripsi kemarin agar tidak berlarut-larut mengerjakan tugas akhir pun tak terlaksana. Tapi sudah lah, ngga etis juga kalau terus meratapi yang sudah terjadi. Kini, perjuangan sudah tinggal selangkah lagi dengan revisi-revisi itu. Bisa kah aku? Akankah nasib malang terus berlanjut? Wallahu a’lam.

Eh, bentar-bentar. Sebelum berakhir tulisan ini, biar lebih apdol, kucantumkan motto-ku yang terpampang nyata di lembaran thesis-ku:
"MY EXTRAORDINARY GLORY IS NOT IN NEVER FALLING, BUT IN RISING EVERYTIME I FALL"
Kamis, 16 Juli 2015 0 komentar

YANG PALING DIRINDUKAN DARI RAMADHAN ITU...

YANG PALING DIRINDUKAN DARI RAMADHAN ITU...
Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha



Ramadhan sudah diujung nadir. Tidak terasa memang, seakan baru kemarin kita mengerjakan sholat tarawih pertama kali, nanti malam insya allah kita akan mengumandangkan takbir ke seluruh penjuru dunia. Gegap gempita, suka cinta, sorak sorai pasti akan kita jumpai menuju hari kemenangan nan fitri. Namun pernahkah kita berfikir sejenak bahwa kita akan meninggalkan bulan yang sungguh mulia, bulan yang didalamnya terdapat malam yang nilai ibadahnya melebihi seribu bulan, bulan diturunkannya kitab suci agama islam, bulan yang... Wah, mungkin berlembar-lembar halaman kubutuhkan untuk menggambarkan bulan suci umat Islam ini. Disadari atau tidak, banyak hal yang akan dirindukan dari Ramadhan tersebut. Berikut ini akan kujabarkan beberapa berdasarkan hasil pengamatanku:

Pertama, masjid dan tempat sholat lain yang ramai. Ini bukan bentuk pesimisku, namun berkaca dari pengalaman yang sudah ada, selepas Ramadhan maka tempat-tempat itu akan sepi pada waktunya. Ketika Ramadhan tiba, terlebih pada awal  Ramadhan, semua akan berbondong-bondong memakmurkan masjid dengan sholat wajib dan  sholat tarawih secara berjamaah di Masjid. Pahala yang luar biasa lah yang mereka (termasuk aku) harapkan. Jika bulan Ramadhan telah usai, masih banyak kah yang mengunjungi tempat ibadah itu?

Kedua, qiyamul lail adalah hal yang wajar ketika bulan Ramadhan. Saat telah usai, nampaknya bantal dan guling lebih menarik ditemani daripada sajadah itu. Ingin membuka mata barang semalam saja nampaknya membutuhkan usaha ekstra. Terlebih dicuaca yang ekstrim dinginnya, nampaknya berbaring dibawah selimut lebih nyaman daripada mengambil air wudhu. Sungguh hati ini sangat susah jika diajak dalam kebaikan. Jika surga dan neraka tak pernah ada, masih semangatkah kita beribadah kepada-Nya?

Ketiga, suara adzan maghrib menjadi suara yang sangat dinantikan bagi semua umat muslim. Coba kalau dihari-hari biasa di luar Ramadhan, mendengar adzan maghrib adalah suatu hal yang sangat biasa yang bahkan kita abaikan. Kalau saat Ramadhan, adzan maghrib tak hanya sebagai penanda waktu sholat tiba, tetapi juga sebagai penanda kita telah diperkenankan menyantap hidangan berbuka. Namun diluar Ramadhan, mungkin sebagian dari kita bahkan untuk sholat saja masih menunda-nunda setelah adzan berkumandang.

Keempat, tidur adalah suatu bentuk ibadah. Inilah bulan yang luar biasa yang mana orang tidur saja sudah dianggap sebagai bentuk ibadah. Dalam arti, kita lebih baik tidur daripada berbuat maksiat, berkata kotor, menyakiti hati orang lain, serta melakukan hal tercela lainnya. Namun kalau tidur saja sudah disebut ibadah, kurang bijak juga kalau kita tidur secara terus menerus. Alangkah lebih baiknya jika diisi dengan bekerja atau ibadah lain yang lebih baik. Namun ya! Inilah satu-satunya bulan yang berharga bagi “si tukang tidur”. Bagaimana dengan bulan lain? Tentunya kita tidak akan menemui fadhilah tidur yang luar biasa dihari-hari selain Ramadhan.

Kelima, suara ronda dimana-mana. Ketika Ramadhan tiba, saat malam hari akan sangat wajar kita jumpai suara anak-anak yang melakukan ronda. Kalau pada hari-hari biasa orang akan melempar batu atau menyiram air bagi siapapun yang membunyikan suara sound system atau bunyi-bunyian lain dari alat musik, dibulan Ramadhan jasa mereka akan selalu dinantikan semua orang. Meski kini terdapat jasa membangunkan sahur lewat SMS, telpon, WA, BBM atau alarm. Namun diakui atau tidak, ronda merupakan jasa membangunkan orang untuk sahur yang tidak akan pernah tergantikan.

Keenam, sarapan yang terlalu pagi. Ya! Benar. Sahur merupakan salah satu sunnah bagi orang yang sedang melaksanakan ibadah puasa. Sebenarnya tidak apa-apa manakala kita tidak melakukan sahur, namun sudah hampir dipastikan keesokan harinya kita akan lemas ketika menjalani puasa dan tentunya pahala sahur tidak akan kita dapatkan. Sahur merupakan bekal kita untuk menjalankan ibadah selama seharian besoknya.

Ketujuh, suara “imsyak...” hanya kita jumpai pada bulan Ramadhan. Biasanya suara itu dikumandangkan dengan pengeras suara tempat ibadah. Ya, imsyak merupakan pertanda kita diharapkan segera menyudahi makan sahur kita karena puasa hari itu akan segera dimulai. Setelah Ramadhan telah usai, tidak akan kita jumpai suara “imsyak...” tersebut.

Kedelapan, program-program TV bergenre keagamaan. Seperti jamur dimusim penghujan, akan kita jumpai segudang program TV yang menyuguhkan program islami. Taruhlah ajang pencarian da’i, pencarian hafidz, program saat sahur, program menjelang berbuka, sinetron islami, kultum menjelang berbuka dan berbagai program-program lain yang sering kita jumpai disaat bulan nan suci. Beberapa channel televisi berlomba-lomba menarik perhatian pemirsa.

Kesembilan, iklan produk yang khas. Ketika Ramadhan tiba, biasanya diikuti dengan iklan TV yang khas. Taruhlah salah satu produk sirup ternama di negeri ini yang biasanya iklannya bersambung. Itu wajar, karena kita disunnahkan untuk berbuka dengan yang manis. Ada pula obat magh yang biasa menghiasi iklan ketika Ramadhan. Lhoh, memangnya Ramadhan justru membuat sakit? Ah... Tidak usah su'udzon, yaa mungkin untuk jaga-jaga bagi yang mengidap magh. Intinya, banyak iklan yang identik dengan datangnya Ramadhan yang mungkin hanya kita temui ketika Ramadhan saja.

Kesepuluh, membaca Al Qur'an dengan semangat. Seperti kita ketahui, Ramadhan merupakan bulan dimana diturunkannya kitab suci umat Islam. Semangat nuzulul qur'an serta pahala yang ditawarkan ketika membaca Al Qur'an akan membuat semua umat muslim kian semangat untuk membacanya. Kita biasa menyebutnya dengan tadarus yang biasa dilaksanakan di Masjid, Musholla, atau di rumah masing-masing. Namun, Ramadhan tahun ini, tadarus-ku diluar harapan, berbeda jauh dengan Ramadhan-Ramadhan sebelumnya. Semoga Ramadhan tahun depan aku dapat memperbaikinya. Aamiin...

Kesebelas, ini khusus diperuntukkan kepadaku pada Ramadhan tahun ini, yakni dapat menulis satu hari at least satu karya bertajuk "berbagi hikmah dibulan yang pernuh berkah". Aku memang memiliki hasrat pada awal Ramadhan untuk membuat tulisan setiap harinya di bulan Ramadhan tahun ini. Jika hari ini memang telah berakhir bulan puasanya, berarti ekspektasiku telah berhasil. Sejauh ini, 29 karya telah kuciptakan dalam satu bulan ini. Alhamdulillah. Pertanyaannya, bisakah ini kulanjutkan dihari-hari berikutnya diluar Ramadhan? Wallahu a'lam.

Selamat tinggal Ramadhan... Aku akan merindukan hari-hari di bulan nan suci ini. Semoga Ramadhan tahun ini dapat meningkatkan kualitas iman kita serta semoga kita semua masih diperkenankan untuk berjumpa dan beribadah di Ramadhan-Ramadhan selanjutnya. Aamiin Yaa Kariim...

#mkn

29 Ramadhan 2015
Rabu, 15 Juli 2015 0 komentar

NGOMONGNE PESBUK

NGOMONGNE PESBUK
Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha 




Rumasaku uis biasa aku nggawe tulisan gunakne Basa Indonesia. Nah, sebagai penulisanti mainstream sing dadi panutan nom-noman alay lan ibuk-ibuk PKK, saiki aku arepe nggawe tulisan gunakne Basa Jawa. Tapi Basa Jawa sing tak gunakne raiso sing Krama Alus mergone ngko mesti mbog guyu Basa Kramaku sing acak adul. Tak nggawe Basa Jawa Ngoko sing aksen Tulungagungan ae. Pokok ojo sampek ngantuk maca tulisanku. Yowes, ojo nandi-nandi, bar iki aku arep mbalik maneh mbahas tema sing menarik.Cekidot!

Woke cah, saiki aku arepe ngomongne pesbuk. Iyo, paling wong sak Indonesia utowo malah sak dunyo iki ngerti situs jejaring sosial gaenane makde Mark Zuckerberg iki. Diakui opo ndak, meh kabeh wong neg ndunyo iki mesti ndue paling ndak siji akun pesbuk. Termasuk aku dewe, aku kenal pesbuk sejak 18 April 2009 ngganteni situs jejaring sosial sing uis ngetrend disik jaman iku yoiku prenster. Ngerti pora cah saman prenster? Heleh leg saman gaul mestine uis ngerti, dadine aku ngga usah repot-repot njelasne. Tapi sayange saiki prenster uis raiso dibukak. Padahal, huakeh kenangan karo prenster rumasaku. Tapi yoweslah, masa lalu biarlah masa laluuuu... (Lhah halah kok malah ape nyanyi)

Mbalik maneng neg pesbuk, akeh sing iso dilakoni karo pesbuk. Bayangno tho, awedewe iso ndelok wong nulis diary, wong nesu, album poto, wong dodolan, wong cramah, wes pokok huakeh lah modele sampek (nyuwun sewu) nggon prostitusi yo enek. Ra percoyo? Jale neg kolom pencarian ngetik’o “XXX” (maaf kata-katane tak sensor, haha) mesti leg muncul wong dodolan awak’e dewe. Naudzubillah.... Kemajuan teknologi saiki iso digunakne werno-werno, tergantung awedewe pie leg ngopeni atine dewe-dewe, ape nggae kanggo kabecikan opo keelekan. Sembuarang janan, kuarepmu!

Sik panggah ngomongne pesbuk, awal-awalane ndue akun pesbuk aku ilo yora enek sing marai. Blajar-blajar dewe masamu, sokor ngetik-ngetik ngunu, mendahmen tho arepe eror. Gek mbien hapeku kan uelek janan, mulane leg aku arepe mbukak pesbuk kudu neg warnet opo komputer sekolah (ops... keceplosan). Tampilan pesbuk sing gonta-ganti yoo kadang iso nggae aku bingung, tapi mbuh nyapo aku koyok ra ndue bosen karo pesbuk.

Menurutku, pesbuk kui uis koyok oksigen. Aku iso mati leg renek pesbuk. Lebay nyatunan tapi iki tenan lho, masaku leg ora mbukak pesbuk sedino jan koyok iwak metu soko akuarium, jan glagepan kae. Lhakok sedino, limang menit ra mbukak ngunu ae lho, rasane atiku bertakok-takok, enek pemberitahuan teranyar pora yooo... Karodene yora sombong, tak tinggal semenit ilo, notifications-ku langsung mbruduli. Heh, tenan lho. Modiele saman ki kok gampang ra percoyonan leg tak omongi. Mbien ki legku apdet status marai ki sedino minimal iso ping telu, uis koyok ngombe obat kae. Dadi ojo kaget leg saman uis dadi koncoku neg pesbuk, berandamu mesti tak begki. Yooo saiki ae rodok tak kurangi. Nyapo? Ratrimo? Wes, ngene ae penak’e. Leg ora trimo, rausah kakean ngomong, langsung blokiren ae pesbukku. Ngunu ae kok repot.

Ra sombong meneh, leg aku apdet status ki mesti akeh jempol sing ngebeki. Masamu ngunui yoo ra tak bayar lho wong sing njempoli status-statusku. Salok’e ae yora kenal raket og. Tapi yo paling mergo statusku huapik utowo atasnama mesakne renek sing njempoli statusku wong-wong kui. Tapi aku ngunui yo pengertian masamu, terkadang aku yo sodaqoh jempol kanggo fakir-fakir jempol sing mbutuhne. Intine podo-podo nguntungne lah. Opo ngunui basa kerene, legra salah simbiosis mutualisme opo ngunu. Tapi ngunui aku yoleg kober. Haha. Tapi ngertio, aku ki paleng anti ngemis jempol neg wong-wong utowo nandai wong-wong neg postinganku ben akeh sing njempoli utowo akeh sing komentar, kecuali leg postinganku kui penting tenan gek kudu nandai wong-wong. Tenan, aku anti tenan. Ngunui iso ngrendahne pangkatku sebagai “master of pesbuk”. Peh, tenan tho, pokok leg sampek aku nglakoni ngunu, mbog wani tho aku leg saman ape nyumpahi aku ganteng seumur urip. Wallahi, aku ikhlas dunia akhirat.

Yowes, saiki aku arep ngomongne kelakuane wong-wong neg pesbuk ki jane nyapo ae tho. Yoo sajane saman paling yo iso nilai dewe, tapi saiki aku arep njajal ngrangkum nggae kata-kataku dewe, sopo ngerti saman iso ngguyu-guyu dewe opo malah kesenggak aku ngetik ngene iki. Pengen eruh? Plis, munio iyo! Ben aku ra kisinan. Ndang! Yes, mbog ngunu, berati awedewe bolo, wesndang gek ndang diwaca penuturanku ngisor iki.

Sepisan, biasane wong-wong ki curhat neg pesbuk. Mbuh kui ngomongne putus cinta, oleh rizqi, nesuan karo koncone, ceblok trisno, ngrasani guru opo dosene, lan sapitunggalane. Pokok sing ngunu-ngunu kui lah. Siktho, saiki iyo pora? Ngakuo elo, marai aku dewe yoo ngunu #plakkk. Gek wong-wong sing modele ngunu kui biasane berdalih ngene, “Yoo fungsine pesbuk ki yoo ngunu kui. Legra trimo ojo ndue pesbuk, nuliso neg diary ae benra disawang wong”. Hu’uh pora tak takok?

Kapindo, ndungo neg pesbuk. Lhah, yo ngene iki sing marai Mejid sepi. Mosok ndungo ae sampek neg pesbuk. Gek opo rumangsamu Gustimu ndue akun pesbuk? Gek opo rumangsamu legmu ndungo neg pesbuk mesti diijabahi. Heleh, wallahu a’lam ae lah. Dihormati ae wong-wong sing ngunu iku. Luwih apik kan ngge ndungo, timbang dingge ngelok-ngelokne wong entek-entekan.

Ketelu, dingge lapak dodolan. Wes, iki uis dadi rahasia umum tho yo? Arep nggolek bakul klambi enek, bakul obat opo meneh, bakul hape mblader, westho pokok huakeh sing dodolan neg pesbuk. Mari-mari paklekku tak kon dodolan sego pecel neg pesbuk, sopo ngerti payu. Jan akeh neg pesbuk grup kanggo forum jual beli ngunui. Lhawong aku dewe ilo yo gabung karo grup ngunu iku. Tapi aku paleng gueting leg grup sing tak admini dingge dol tinuku ngunu kui padahal judule grup duduk forum jual beli, wes langsung tak hapus postingane, leg perlu tak tokne wong kui soko grupku. Jane opo ra ngerti opo pie grupe ngge opo. Aku yo paling ilpil leg enek “spam” sing nyebarne link dodolan hape utowo barang elektronik liane. Hoh, tau pora saman ditandai ngunui? Iyo ngerti wong usaha, tapi mbogyo ojo sampek ngusik privasine wong lio. Iki nyuwun sewu lho. Aku jane yora popo, sing penting neg batas kewajaran.

Kepapat, nggon kampanye. Sik eleng pora pas pemilukada, pemilu legislatip opo pilpres kae? Huakeh tho sing adol gambar sing sliweran neg pesbukmu? Heleh, ape tak penging ki yoo pie, wes kono-kono karepmu. Dipengingo paleng yora kenek. Pokok ra sampek black campaign wes bene, jenenge yoo wong golek kerjo.

Kelimo, mimbar cramah. Huakeh meneh wong sing mituturi wong lio liwat pesbuk. Iso liwat fanpage utowo akun pribadi. Tapi menurutku iku apik, iso dadi bentuk cramah modern. Dadi wong-wong saiki yora jenuh panggah ngrungokne neg nggon sing sumpek karo wong huakeh. Leg ngene kan iso diwoco utowo didelok neg ngendi ae.

Keenem, nggon kanggo ngumpulne wong-wong. Saiki akeh tho komunitas sing nggae grup utowo fanpage? Legra ngunu konco sekolah, kuliah, PPL, KKN, kerjo, sehobi, sekuto, fans’ne artis, wes pokok sing menurute ndue visi lan misi podo ngumpul dadi siji. Iki apik, opo meneh sing iso nggerakne neg kebecikan, pokok tak dukung satus persen leg ngunui. Kecuali leg grupe penyuka hentai, grupe poro maling, grupe teroris, leg ngunui iso-isowo tak laporne neg Menkominfo utowo sing ndue wewenang neg pesbuk. Jan ngreseki thog.

Kepitu, iki jane meh lali, padahal iki paleng penting. Eruh opo? Yo! Pesbuk dadi album poto ngertio. Arep nggolek poto model opo ae enek. Mulai poto pas nikahan, poto selpi, poto grufi, pas reunian, pokok kuabeh enek. Arep poto lambe dimencor-mencorne, pose loro driji, pipi ditembem-tembemne sampai pose jungkir walik yoo enek. Pokok pesbuk saiki koyok nggone wong narsis (termasuk aku). Ngunui kui wajar, renek sing nglarang. Makde Mark Zuckerberg ae lho fine-fine ae. Tapi aku mekgur gedek-gedek ae leg enek wong sing aplot poto-poto narsis ngunui. KOK ONO WONG KOYOK NGUNU IKU!!!



Intine, awedewe sah-sah ae ape nggunakne pesbuk dingge opo ae. Sing penting, kudu didelok. Dingge kabecikan opo keelekan. Terus leg enek imbas negatip ojo nyalahne pesbuke. Salahno wong sing nggunakne. Paribasane ngene lho, tukang kayu sing amatiran kui bakal nyalahne alat-alat'e leg wayah gagal nggae karya. Opo sae ngunui? Pokok ngene ae lhah, sing bijak yo cah leg nggae pesbuk! Tul ngga?

#mkn
28 Ramadhan 2015
 
;