Dear
diary, 21 November 2014.
Hoaaam...
Rasa kantuk masih menghiasiku pagi ini saat kulihat jam handphone-ku telah
menunjukkan pukul 04.28 WIB. Wah, ternyata sudah pagi, sepertinya masih sekitar
sejaman yang lalu kedua mata ini mencoba untuk terpejam. Tapi tak apalah, masak
aku kalah sama sang fajar dan Bapak Tamamun yang sudah bersiap untuk
menjalankan ibadah Sholat Subuh di kamar hotel yang mungil ini.
Dengan
langkah gontai bin malas-malasan karena masih nguantuk pol dug ngga sampek
kedaduk akhirnya kuputuskan untuk melangkah menuju kamar mandi dengan tak lupa
membawa peralatan tempur untuk membersihkan badan yang sudah lengket ini.
Langsung sebuah shower kuraih dan kuputer tombol pada posisi air hangat. Aku
mau jujur yaa, tapi janji yaa, jangan bilang ke siapa-siapa. Rahasia ini cuman
aku beritahukan kepada pembaca setia diary-ku ini. Jujur yaa... Seumur-umur aku
masih sekali ini mandi pagi dengan air hangat memakai shower. Pagi yang brrrr
itu kini menjadi hangat. Badan
ini telah merasa segar ketika kulanjutkan dengan ritual seperti biasa kepada
Tuhan pagi ini.
Sementara itu, Bapak Richard setelah dari kamar mandi juga
melanjutkan beribadah pagi dengan Al Kitab-nya.
Sedangkan Aku dan Bapak Tamamun mengerjakan
soal mengenai memilih dan memilah kosakata baku dan tidak baku, membuat surat
dan paragraf. Haduh, tugas ini membuatku pusing delapan keliling. Tapi
beruntung, tugas itu merupakan tugas kelompok yang harus dikerjakan oleh empat
orang yang berasal dari Kota yang sama. Jadi aku hanya harus mengerjakan yang
memilah kosakata baku sedangkan tugas yang lain dikerjakan Bu Winda, Bu Ratna
dan Bu Elizabeth. Tapi meskipun demikian, memilah kata sekian banyak itu sangat
menguras pikiran meski dibantu pakde google.
Merasa
perut kami telah keroncongan disco, kami memutuskan turun ke lantai dua
mengendarai buroq. Eh ngga deng, dengan mengendarai lift. Nah, jujur lagi yaa.
Selama 23 tahun 11 bulan 21 hari aku menghirup nafas dibumi ini, masih
sekali-kali ini aku makai lift. Semula, ada perasaan takut. Bayangin, siapa
tahu kan saat pintu lift terbuka lalu kita masuk. Nah, saat keluar tiba-tiba
kita berada dijaman dinosaurus kan tidak ada yang tahu. Tapi makin kesini, aku
jadi makin terbiasa mencetin tombol lift itu dan sedikit demi sedikit hilanglah
perasaan kagok itu.
Pagi
ini, menunya adalah soto ayam. Yah
sudahlah, dimakan saja. Tidak ada yang lain. Meski sebenarnya dalam hati ini
juga terdapat perasaan takut kalau-kalau sakit kulit yang belum sembuh benar
ini kian menjadi. Satu hal yang aku salut dari Bapak Richard yang duduk
didepanku, dia selalu membiasakan diri membaca doa sebelum menyantap makanan
dan sesudahnya. Bahkan aku sendiri sering lupa untuk melakukannya. Tuhan
mengingatkan umat-Nya dalam berbagai hal.
Workshop
pagi itu diisi oleh Ibu Ikmah Muawib, S.Pd., M.M. yang memulai dengan meminta
kami bertepuk tangan selama beberapa kali. Nah ketika berhenti, kita lihat
posisi ibu jari kita. Ibu jari kananku berada didepan. Menurut penjelasan
beliau dari artikel yang beliau baca, bagi orang yang ibu jari kiri berada
didepan, itu berarti dia bagus dalam segi kognitif. Sedangkan jika ibu jari
kanan berada didepan ini artinya feeling orang tersebut sangat kuat karena
sering menggunakan perasaan dalam segala hal. Lalu bagaimana kalau setelah
tepuk tangan tapi ternyata posisi ibu jari malah menyatu lurus. Ini berarti
orang tersebut seimbang. Benarkah ini? Wallahu a’lam. Beliau menerangkan bahwa
paradigma yang harus dimiliki guru adalah growth mindset, action mindset dan
objective mindset. Selain itu, beliau menambahkan kalau Bahasa Daerah baik
Bahasa Jawa, Bahasa Madura dan Bahasa Osing sesuai dengan Peraturan Gubernur
nomor 19 tahun 2014.
Tidak
sengaja aku mendapati teman dari salah satu kota tetanggaku, Trenggalek.
Namanya adalah Bapak Fuad Hasan, yang ternyata adalah seorang guru disalah satu
sekolah di Kabupaten Trenggalek dimana temanku sekelas saat kuliah kini
mengajar. Kami semakin akrab hingga kami berdua berangkat bersama menuju Masjid
disekitar hotel untuk melaksanakan Sholat Jumat. Masjid terlihat tengah dipugar
dengan kondisi seperti baru saja terkena dampak bencana gelombang tsunami.
Betapa tidak? Sajadahnya pas-pasan, kondisi masjidnya terbuka, terdapat
material bangunan dan sound system seadanya. Namun, pelaksanaan Sholat Jumat
itu terlaksana dengan khusuk. Setelah sholat Jumat, makan siang telah tersedia
dengan lauk ikan laut. Haduh, membuatku kian paranoid dengan sakit kulit yang
akan kian menjadi. Tapi ya sudahlah, daripada perut ini tidak ada isinya, hajar
aja terus.
Pukul
13.00 WIB, Ibu Kurnia Tjandrawati, M.Pd sudah siap berada diaula untuk
memberikan materi tentang Pemetaan SK dan KD Kurikulum 2006 dan Pemetaan KI dan
KD Kurikulum 2013, bimbingan mengarang, pemahaman menulis sastra dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, membuat puisi dan pantun serta lain sebagainya.
Para peserta sangat antusias mengikuti workshop karena beliau menyampaikan
dengan sangat energik dengan kontrak forum terlebih dahulu, beberapa game, lagu
dan beberapa metode untuk menarik perhatian semua peserta.
Setelah
seharian mengikuti workshop, seperti biasa kami bercengkrama didalam kamar. Bapak
Tamamun menceritakan kisahnya berdua dengan istrinya yang paling ia cintai.
Mereka telah saling berkenalan selama enam tahun hingga akhirnya menikah pada
tahun 1996 dan kini telah memiliki seorang anak yang sekolah di salah satu SMK
di Malang. Beliau berbagi tips untuk memilih calon istri itu jangan dilihat
dari kecantikan, kekayaan, kebaikan, atau bahkan agamanya. Namun, lihatlah
wanita yang tulus ikhlas mencintaimu dan sudi menerima akan segala
kekuranganmu. Widih, bisa keren juga orang yang kadang suka ngebanyol ala aksen
Ngalam ini.
“Ciyeeeh...
Kayaknya uis ngebet iki njaluk-njaluk tips barang”, celetuk Bapak Richard.
Dan
aku hanya membuat simpul senyum malu menutupi perasaan ini. Yah, dari Bapak
Richard, aku mengetahui bahwa di agama Khatolik itu tidak diperkenankan untuk
mengucapkan kata “cerai”. Apabila seseorang telah melakukan janji suci
pernikahan untuk sehidup semati didepan altar gereja, mereka harus bisa
menjaganya hingga maut memisahkan mereka. So sweet. Pada dasarnya semua agama
itu sama. Aku banyak belajar dari kedua Bapak yang sudah banyak makan asam
garam kehidupan ini terlebih masalah percintaan.
“Eits...
Ini kenapa jadi ngomongin percintaan sih?? Ngga tauh apah aku lagi nyesek??,”
ungkapku dalam hati karena mau curcol kedua orang itu masih ada rasa sungkan.
Haha,
yasudahlah. Cukup sekian untuk diary hari ini. Besok dilanjutkan kembali
pemirsa. Nantikan terus diary-diaryku yang lain. Besok adalah hari terakhirku
di Kota Pahlawan semoga besok kian berkesan. Bye, nguantuk. Hoam...