Blue Fire Pointer
Sabtu, 18 April 2015

TIDAK MEROKOK ITU SEBUAH PRINSIP

TIDAK MEROKOK ITU SEBUAH PRINSIP

Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha



Dalam tulisan yang untuk kali pertama kuketik melalui handphone Nokia Asha 306 (maaf sebut merk) milikku ini, aku ingin membahas benda mungil nan panjang yang digemari semua lapisan masyarakat. Benda yang memberikan cadangan devisa yang cukup besar untuk negeri ini. Benda yang dalam beberapa kesempatan mengundang diskusi yang cukup serius. Nah, tidak lain dan tidak bukan, benda itu adalah "jreng-jreng".... Rokok.

Kebetulan setelah sholat isya' tadi aku diajak abahku untuk mengantarkan beliau menghadiri sebuah acara aqiqoh di desa tetangga. Seperti layaknya acara selamatan yang lain, setelah menyantap hidangan yang disediakan, sangat lazim disuguhkan beberapa batang rokok yang ditaruh pada bungkusnya atau pada sebuah gelas. Rokok yang disajikan sebagai "hidangan penutup wajib" bagi kaum adam itu biasanya akan diputar kepada semua hadirin sesaat setelah 'makan besar' habis dilahap. Satu persatu rokok diambil dan segera dinyalakan dengan korek yang tersedia. Beberapa yang kurang sabar menunggu antrian korek, akan meminjam rokok yang sudah menyala milik orang lain untuk dipinjam nyala api rokoknya guna menyalakan rokok miliknya. Dan, asap rokok pun mengepul bak laju lokomotif kereta api menambah keakraban hadirin sembari berbincang ringan.

"Monggo mas", ungkap salah seorang hadirin sambil menyodorkan sebungkus rokok ntah merk apa aku tak terlalu memperhatikan.
Sedang aku, hanya bisa tersenyum menanggapi tawaran tersebut sembari mengepalkan tangan kanan kebawah dan menunjuk dengan jari jempol (bagi orang jawa, lebih sopan menunjuk dengan jari jempol daripada dengan jari telunjuk) pertanda menolak dengan halus tawaran tersebut.

Sebenarnya, dalam hati kecilku sedikit memberontak manakala harus menolak tawaran orang lain. Namun bagaimana lagi, tidak merokok merupakan prinsip hidupku selama paling tidak hingga usiaku yang ke 24 tahun 2 bulan 20 hari ini. Ntah kenapa, sejak aku menghirup oksigen untuk kali pertama didunia ini hingga detik ini, tak pernah terbersit keinginan untuk menghisap benda yang terkadang menjadi candu bagi beberapa orang. Bukan bermaksud mengiyakan fatwa haram dari salah satu ormas islam di Indonesia, namun bagiku inilah pilihan hidup.

Sejenak kuteringat salah seorang temanku ketika KKN yang dalam kesehariannya tidak mengkonsumsi rokok. Namun guna mengakrabkan diri dengan masyarakat desa, dia rela untuk menjadi "ahli hisap sementara" ketika diundang diacara selamatan. Ya! Aku salut dengannya atas effort-nya mendekatkan diri dengan masyarakat. Kalau aku sendiri? Maaf, ndak bisa. Prinsip hidup ya prinsip hidup, suatu yang kupegang teguh. Bagiku masih banyak cara lain untuk menyatukan diri dengan masyarakat. Bahkan, dulu ketika disodorkan rokok padaku saat acara selamatan, tetap kuambil dan kutaruh saku bajuku. Bukan untuk kukonsumsi sendiri nantinya, namun akan kuberikan kepada teman di posko KKN yang ahli hisap karena sebelumnya aku sempat dikomplain temanku sebab tidak mengambilnya. Tapi yah, atas dasar menghormati pemberian orang, kuambil juga sebatang rokok itu. Walau kadang rokok yang kuberikan juga ada yang bengkok karena tertekan-tekan ketika disaku baju. Hehe.

Sebenarnya tidak ada trauma tersendiri sehingga aku kurang suka dengan yang namanya rokok. Hanya saja, sampai detik ini aku belum menemukan asyiknya merokok sehingga tergerak hatiku untuk mencicipinya. Boro-boro mencoba, paparan asap rokok saat menjadi perokok pasif sudah membuatku kian antipati dengan benda yang satu ini.

Sempat muncul stigma bahwa, lelaki yang tidak merokok itu identik dengan lelaki yang tidak gentle. Bagiku tidak. Lelaki yang tidak merokok itu adalah lelaki yang berprinsip. Karena menurutku, tingkat kejantanan seorang pria itu tidak dapat dihitung dari berapa banyak putung rokok yang ia habiskan dalam sehari tetapi sejauh mana dia bermanfaat bagi orang lain. Taruhlah himbauan pemerintah yang menyebutkan bahwa merokok dapat menyebabkan kanker (termasuk kantong kering), serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin. Lalu maaf, dimana letak gentle-nya kalau impotensi?

Namun disini, penulis tidak bermaksud menjustifikasi atau bahkan mendiskreditkan ahli hisap, karena kita mengakui bahwa rokok merupakan sumber pemasukan negara yang besar. Terlebih banyak beasiswa yang diberikan oleh pabrik rokok. Dalam berpromosi pun telah santun, tidak kujumpai dalam iklan rokok berupa orang yang sedang merokok namun lebih menggunakan kalimat mutiara atau gimick unik. Himbauan pemerintah juga selalu dicantumkan dalam bentuk tulisan maupun gambar-gambar yang membuat orang enggan dan takut untuk merokok. Penayangannya pun pada malam hari (selain primetime) untuk menghindari dilihat anak yang belum cukup umur. Jadi, tidak ada alasan bagiku untuk menjadi hater para ahli hisap. Hanya saja, jika diminta untuk mengkonsumsi rokok, sorry to sayAKU PUNYA PRINSIP HIDUP.

0 komentar:

 
;