BISAKAH AKU?
Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha
Sudah
menjadi suatu keniscayaan manakala mahasiswa semester akhir yang sedang
menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi itu diharuskan untuk menunaikan tugas akhir
sesuai jenjang pendidikan yang kita tempuh. Kalau kita mengenal skripsi untuk
tingkat sarjana, tesis merupakan menu bagi mereka yang sedang menempuh gelar
magister serta disertasi adalah yang perlu kita lahap apabila ingin mulus
memperoleh gelar doctor. No matter what our majors is, hukumnya adalah fardhu ‘ain mugholadhoh untuk menyelesaikan karya-karya ilmiah kita
itu agar ijazah berada ditangan.
Dengan
tertatih-tatih kulalui skripsi meski hati ini merasa belum puas dengan hasilnya
karena belum total. Kumulai mengerjakan skripsi dengan konflik batin yang
banyak menguras pikiranku. Namun akhirnya aku dapat bangkit pada saat yang
tepat berkat sebuah motivasi. Ya, bagiku motivasi ibarat sebuah makanan yang
digantungkan sejauh tujuh centimeter didepan wajah keledai yang sedang
kelaparan. Meski dengan kemampuan terbatas, keledai tersebut akan berlari
dengan tenaga tersisa untuk mencoba meraih tujuan, karena apa? Ya, motivasi.
Motivasi untuk meraih makanan yang begitu nyata, bukan bayangan semu, bukan
fatamorgana yang hanya memberikan harapan fana’.
Kini,
ketika tesisku berada didepan mata atau bahkan telah kutabuh genderang perang
untuk itu sekarang, konflik batin serupa menghinggapi. Laksana telah jatuh,
tertimpa tangga, kejatuhan genteng, masih pula kejatuhan orang yang berada
diatas kita. Sempurna sudah keterpurukanku pada lembah kerisauan hati
terdalam. Inilah pukulan berapi mematikan yang telah menghempaskanku
pada kanvas ring kehidupan. Hiperbola memang, namun inilah realitas yang harus
kuhadapi kini.
Memang
tak sepatutnya aku menyalahkan Tuhan yang telah memberikan cobaan kepadaku
seberat ini. Kuyakin, Tuhan memberikan semua cobaan ini karena Dia Maha
Mengetahui sejauh mana batas kemampuanku serta Sang Maha Adil itu tidak akan
meninggalkan umat-Nya manakala kita selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Dia
memberi cobaan kepadaku, karena Dia Maha Mengetahui kalau aku dapat
mengatasinya serta ingin mendidikku lebih dewasa. Tak sepantasnya pula aku
terus mengeluh dan tak berbuat apa-apa. Tapi bisa apa aku? Bisa apa aku jika
telah setengah hati untuk menjalaninya? Bisa apa aku jika tanpa semangat?
Sebenarnya
tidaklah sulit menyelesaikan tugas akhir ini. Apa susahnya HANYA mengumpulkan
data, mereduksi data, menganalisanya lalu membuat kesimpulan. Sungguh
itu bukan merupakan suatu kegiatan yang sulit manakala mood ini stabil.
Proposal tesis kemarin kukerjakan dengan terseok-seok dengan segala
intrik yang mengiringi. Pun pula pada saat ujian proposal tesis berjalan dengan
tidak penuh semangat. Terlebih, beberapa hari menjelang pengumpulan revisi
proposal tesis kemarin, temanku menantang untuk menggunakan bahasa
internasional yang berasal dari negaranya Ratu Elizabeth untuk menulis tesis.
Ntah apa yang ada dipikiranku kala itu sehingga aku mengiyakan begitu saja challenge
itu. Kini, hatiku kian tak yakin apakah aku dapat menyelesaikannya dengan
mudah.
Meminjam
teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow yang menyebutkan bahwa
manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yakni physiological
needs, safety needs, love needs,
esteem needs dan self actualization. Kebutuhan-kebutuhan itu
diklasifikasikan dengan skala prioritas sehingga muncul kebutuhan primer,
sekunder dan tersier. Jika dihubungkan dengan teori motivasi tersebut, dalam
hal ini aku masih membutuhkan sebuah driving force yang dapat menggerakkanku
untuk menyelesaikan tesis dengan penuh semangat. Layaknya sebuah pikiran yang
membutuhkan makanan pikiran.' Hati, jiwa dan pikiran memerlukan nutrisi
batin seperti tubuh membutuhkan makanan yang bergizi. Teori Maslow tentang
motivasi ini secara mutlak menunjukkan perwujudan diri sebagai pemenuhan
(pemuasan) kebutuhan yang bercirikan pertumbuhan dan pengembangan individu.
Perilaku yang ditimbulkannya dapat dimotivasikan oleh orang lain dan diarahkan
sebagai subjek-subjek yang berperan. Dorongan yang dirangsang ataupun tidak,
harus tumbuh sebagai subjek yang memenuhi kebutuhannya masing-masing yang harus
dicapainya dan sekaligus selaku subjek yang mencapai hasil untuk
sasaran-sasaran yang telah kucanangkan.
CAN I FINISH THIS THESIS EASILY?
WITHOUT MOTIVATION OR MOTIVATOR OR SOMETHING LIKE THAT, I CAN’T SURELY SAY THAT
!!!
0 komentar:
Posting Komentar