Blue Fire Pointer
Minggu, 06 Desember 2015

MERASA TERHINA?


MERASA TERHINA?
Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha


.
Sebagai makhluk sosial, tentunya tidak dipungkiri setiap manusia harus berinteraksi dengan manusia lainnya. Tak hanya untuk hubungan pekerjaan, sekolah, kuliah, komunitas, pertemanan, percintaan serta hubungan lain. Tidak menutup kemungkinan manakala kita bersosialisasi dengan orang lain terjadi gap atau benturan-benturan pendapat, pola pikir, dan perasaan yang membuat sakit hati. Sebagai manusia biasa itu merupakan suatu hal yang wajar. Yang tidak wajar adalah disaat kita terus terkungkung dalam lingkaran perasaan tersakiti karena berada posisi yang kalah. Taruhlah mudahnya aku akan menganalogikan sebuah cerita singkat seperti ini.
.
Alkisah terdapat seorang guru yang baru saja masuk ke dalam ruang kelas yang cukup gaduh. Setelah berada didepan kelas, sang guru tersebut kemudian mengangkat selembar uang kertas bernilai Rp 100.000 rupiah didepan siswa-siswanya lalu beliau bertanya,”Siapa yang mau uang ini”? Sontak semua siswa menatap penuh tanya sembari langsung mengangkat tangan mereka sebagai pertanda untuk ‘mau’. Kemudian sang guru meremas uang Rp 100.000 tersebut dengan tangannya dan kembali bertanya kepada seisi kelas,”Sekarang, siapa yang mau dengan uang ini?”. Kembali semua siswa tanpa terkecuali mengangkat tangan mereka.
.
Selanjutnya, sang guru melempar uang tersebut ke lantai dan menginjak-injaknya dengan sepatunya hingga kotor. Setelah yakin bahwa uang itu telah kotor oleh debu dan terlihat kusut, beliau kembali berkata,”Sekarang, siapa yang masih mau dengan uang ini?”. Dan seperti yang telah diduga, tetap saja seluruh siswa mengangkat tangan mereka.
.
Sesaat setelah itulah sang guru baru memasukkan pelajarannya.
“Nak, inilah pelajaran kalian hari ini, betapapun kalian berusaha mengubah bentuk dari uang ini hingga kotor, berdebu dan kusut tidak akan pernah berpengaruh terhadap nilainya. Uang ini tetap akan bernilai Rp 100.000 rupiah meski sudah tidak berbentuk seperti semula”, penjelasan guru tersebut.
.
“Begitu juga dengan kalian semua, nak. Bagaimanapun kalian direndahkan, dihinakan, dikucilkan, diremehkan, dinistakan, dilecehkan, dipojokkan, atau bahkan difitnah sekalipun, kalian harus tetap yakin bahwa nilai hakiki yang terdapat dalam diri kalian tidak akan pernah tersentuh. Ketika itu kalian akan tetap berdiri kokoh setelah terjatuh. Secara implisit, kalian akan memaksa semua orang untuk mengakui harga diri kalian. Bahwa kalian adalah sosok yang tahan banting, bahwa kalian adalah sosok yang tangguh, dan bahwa kalian adalah sosok intan yang tercipta dari dua hal didunia ini, yakni suhu dan tekanan yang tinggi di bumi ini. Semakin tinggu suhu yang ia terima, maka akan semakin tinggi pula tekanan yang diperoleh. Apabila ia mampu bertahan dan tidak hancur, maka dialah yang berhak menjadi intan yang berkilauan, keras, indah, kokoh serta mahal nilai jualnya.”
.
Maka dari itu pembaca setia tulisan-tulisanku, berdasarkan ilustrasi cerita diatas, seberapapun hebat konflik batin yang terjadi dalam suatu hubungan antara seseorang dengan orang lain, maka manakala kita dalam posisi yang lemah, yakinlah kita tengah ditempa menjadi sebuah intan berkilauan yang bernilai tinggi. Tuhan tidak akan menguji umat-Nya diatas batas kemampuan umat tersebut. Kalau kita tengah dihadapkan pada suatu masalah, berarti Tuhan sedang memberikan kepercayaan kepada kita bahwa kita sanggup untuk mengatasinya. Satu hal yang patut ditanamkan pada diri kita adalah suatu kepercayaan bahwa kita mampu menghadapinya. Dibalik berbagai jalan yang terjal menuju suatu objek wisata, pada akhirnya kita akan menemukan hamparan pemandangan luar biasa apabila telah tiba di tempat wisata tersebut. Dibalik hujan badai yang turun, setelahnya akan muncul pelangi yang sungguh indah. Serta dibalik malam yang gelap, maka akan terbit sinar mentari yang terang. Namun disaat kita kehilangan kepercayaan terhadap diri kita sendiri beserta nilainya, maka saat itulah kita kehilangan segala-segalanya.
.
Tulungagung, 6 Desember 2015.

0 komentar:

 
;