Blue Fire Pointer
Kamis, 25 Juni 2015

OH, JADI NAMANYA LETHOLOGICA

OH, JADI NAMANYA LETHOLOGICA
Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha



Kalian pernah ngga sih sedang asyik-asyiknya ngobrol dengan orang, lalu ingin mengungkapkan suatu kata tapi susahnya naudzubillah? Padahal kita sudah berulang kali berusaha memutar otak untuk mengingat kata itu, namun tak kunjung keluar kata yang dimaksud. Pernah ngga sih secara mendadak lupa nama sesuatu dalam suatu percakapan? Pernah ngga sih dalam kondisi dimana sebenarnya tahu sepintas diotak apa yang akan diucapkan, namun ingin mengutarakannya semacam terdapat ribuan ton barbel yang membebani bibir ini? Hey... Pernah ngga sih dalam kondisi dimana tiba-tiba melupakan dimana kita meletakkan suatu barang yang baru saja kita taruh? Kalian pernah ngga sih ditatap sinis penuh tanya oleh lawan bicara karena tiba-tiba berhenti sejenak untuk memikirkan kata selanjutnya yang ingin diungkapkan? Aku? Sering!

Oh, jadi namanya lethologica.
Menurut artikel psikologi yang pernah kubaca, itu namanya lethologica. Jadi, lethologica merupakan semacam gangguan psikologis yang dapat menghambat kemampuan individu untuk mengartikulasikan sesuatu atau kondisi dimana pikiran kita secara sementara melupakan kata-kata kunci, frasa atau nama dalam suatu perbincangan. Dalam kata lain, kita semacam lupa terhadap sesuatu yang baru saja kita ingat.

Lethologica sangat lazim terjadi pada setiap orang, termasuk aku sendiri. Bahkan berdasarkan American Psychiatric Association, "sembilan dari sepuluh orang Barat mengalami beberapa bentuk Lethologica selama hidup mereka”. Tingkatan orang yang mengidap Lethologica ini bergantung pada berbagai faktor yang sedang dialami seseorang. Beberapa kondisi seseorang seperti stress, interaksi sosial, kebugaran tubuh, basis interaksi sosial dan kapasitas memori seseorang sangat mempengaruhi kelainan tersebut. Secara tidak langsung, penyakit ini dapat dikategorikan sebagai penyakit lifestyle yang juga dipengaruhi ciri kepribadian seseorang.

Adakalanya lupa itu juga merupakan anugerah tersendiri yang diberikan Tuhan kepada kita. Taruhlah suatu kondisi seperti ini, kita sedang mengalami kesedihan tiada tara, galau tiada akhir, merasakan trauma akan sesuatu, dalam hal ini lupa sangat diperlukan untuk menghilangkan semua perasaan tersebut. Namun bila konteksnya ada lethologica, tentunya ini sangat menyiksa bukan? Bagaimana tidak, padahal kita sedang asyik berbicara dengan orang, namun tiba-tiba lethologica muncul, percakapan akan terasa hening sesaat seperti terdapat bunyi jangkrik yang mengerik dimalam hari, krik... krik... krik... Jika dihubungkan dengan teori komunikasi, proses penyampaian message dalam komunikasi dari komunikator kepada kamunikan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik.



Bukan merupakan suatu perkara yang besar (namun tetap mengganggu) manakala lawan bicara kita adalah teman sejawat. Mungkin mereka hanya akan menatap penuh tanya serta mengucapkan “duooooorrrr” ketika lethologica tiba-tiba menghinggapi. Namun lain soal manakala kita berada pada acara rapat besar atau sedang memberikan pidato yang dihadiri tamu-tamu besar. Sudah dapat dibayangkan betapa malunya kita serta kita tak akan tahu mau ditaruh mana muka kita nantinya.

Intinya, lethologica memang suatu kelainan yang sangat wajar terjadi pada setiap orang kapanpun dan dimanapun berada. Yang terpenting adalah bagaimana cara kita menyikapi lethologica itu. Hindarilah kondisi psikis yang stress, tetap menjaga kebugaran fisik, interaksi sosial yang baik serta teruslah meng-upgrade speaking skill kita. Ya! Itulah lethologica, menurutku.

#mkn

8 Ramadhan 2015

0 komentar:

 
;