OH,
JADI NAMANYA LETHOLOGICA
Oleh : Mohammad
Khadziqun Nuha
Kalian pernah
ngga sih sedang asyik-asyiknya ngobrol dengan orang, lalu ingin mengungkapkan
suatu kata tapi susahnya naudzubillah? Padahal kita sudah berulang kali
berusaha memutar otak untuk mengingat kata itu, namun tak kunjung keluar kata
yang dimaksud. Pernah ngga sih secara mendadak lupa nama sesuatu dalam suatu
percakapan? Pernah ngga sih dalam kondisi dimana sebenarnya tahu sepintas
diotak apa yang akan diucapkan, namun ingin mengutarakannya semacam terdapat
ribuan ton barbel yang membebani bibir ini? Hey... Pernah ngga sih dalam
kondisi dimana tiba-tiba melupakan dimana kita meletakkan suatu barang yang
baru saja kita taruh? Kalian pernah ngga sih ditatap sinis penuh tanya oleh
lawan bicara karena tiba-tiba berhenti sejenak untuk memikirkan kata
selanjutnya yang ingin diungkapkan? Aku? Sering!
Oh, jadi
namanya lethologica.
Menurut artikel
psikologi yang pernah kubaca, itu namanya lethologica. Jadi, lethologica merupakan
semacam gangguan psikologis yang dapat menghambat kemampuan individu untuk
mengartikulasikan sesuatu atau kondisi dimana pikiran kita secara sementara
melupakan kata-kata kunci, frasa atau nama dalam suatu perbincangan. Dalam kata
lain, kita semacam lupa terhadap sesuatu yang baru saja kita ingat.
Lethologica
sangat lazim terjadi pada setiap orang, termasuk aku sendiri. Bahkan
berdasarkan American Psychiatric Association, "sembilan dari
sepuluh orang Barat mengalami beberapa bentuk Lethologica selama hidup mereka”.
Tingkatan orang yang mengidap Lethologica ini bergantung pada berbagai faktor
yang sedang dialami seseorang. Beberapa kondisi seseorang seperti stress,
interaksi sosial, kebugaran tubuh, basis interaksi sosial dan kapasitas memori
seseorang sangat mempengaruhi kelainan tersebut. Secara tidak langsung,
penyakit ini dapat dikategorikan sebagai penyakit lifestyle yang juga
dipengaruhi ciri kepribadian seseorang.
Adakalanya
lupa itu juga merupakan anugerah tersendiri yang diberikan Tuhan kepada kita. Taruhlah
suatu kondisi seperti ini, kita sedang mengalami kesedihan tiada tara, galau
tiada akhir, merasakan trauma akan sesuatu, dalam hal ini lupa sangat
diperlukan untuk menghilangkan semua perasaan tersebut. Namun bila konteksnya
ada lethologica, tentunya ini sangat menyiksa bukan? Bagaimana tidak, padahal
kita sedang asyik berbicara dengan orang, namun tiba-tiba lethologica muncul,
percakapan akan terasa hening sesaat seperti terdapat bunyi jangkrik yang
mengerik dimalam hari, krik... krik... krik... Jika dihubungkan dengan
teori komunikasi, proses penyampaian message dalam komunikasi dari
komunikator kepada kamunikan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik.
Bukan
merupakan suatu perkara yang besar (namun tetap mengganggu) manakala lawan
bicara kita adalah teman sejawat. Mungkin mereka hanya akan menatap penuh tanya
serta mengucapkan “duooooorrrr” ketika lethologica tiba-tiba
menghinggapi. Namun lain soal manakala kita berada pada acara rapat besar atau
sedang memberikan pidato yang dihadiri tamu-tamu besar. Sudah dapat dibayangkan
betapa malunya kita serta kita tak akan tahu mau ditaruh mana muka kita
nantinya.
Intinya,
lethologica memang suatu kelainan yang sangat wajar terjadi pada setiap orang
kapanpun dan dimanapun berada. Yang terpenting adalah bagaimana cara kita
menyikapi lethologica itu. Hindarilah kondisi psikis yang stress, tetap menjaga
kebugaran fisik, interaksi sosial yang baik serta teruslah meng-upgrade
speaking skill kita. Ya! Itulah lethologica, menurutku.
#mkn
8
Ramadhan 2015
0 komentar:
Posting Komentar