Blue Fire Pointer
Minggu, 01 Maret 2015

APA SIH SUSAHNYA BER-SKRIPSI??

APA SIH SUSAHNYA BER-SKRIPSI??

Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha

Siapapun kamu, apapun jenis kelaminmu, apapun agamamu, apapun suku bangsamu, dimanapun kamu berada, kalau sedang menempuh pendidikan di jenjang Perguruan Tinggi sudah menjadi barang wajib, kudu, musti, harus bin fardhu mugholadhoh bergelut dengan yang namanya skripsi sebagai tugas akhir menyelesaikan pendidikan kita dijenjang pendidikan ini (helooo... yaiyalaaah...nenek-nenek maenan dakon juga tahu masalah ituuu...). Yap! Wahai mahasiswa-mahasiswa yang beriman, diwajibkan atas kamu semua ber-skripsi sebagaimana diwajibkan atas mahasiswa-mahasiswa sebelum kamu, agar kamu dapat mengenakan toga.

Apa sih susahnya ber-skripsi??
Susah ngumpulin data? Susah ngumpulin sumber referensi? Susah bolak-balik ke Perpustakaan mencari buku?  Susah uji validitas dan reabilitas? Susah mengolah data dengan aplikasi SPSS? Susah menganalisa data? Susah membuat kesimpulan? Susah merangkai kata-kata? Susah nemuin dosen hingga nungguin berjam-jam atau mau ditemuin ada meeting lain diluar kota? Susah ketika merasa hasil jirih payah kita tak dihargai karena dicoret-coret oleh pembimbing? Susah  karena waktu ngerjain tiba-tiba laptop nge-blank dan semua data hilang? Susah ketika mau ngeprint tiba-tiba printer ngadat atau kertas dan tinta habis? Susah bolak-balik ke tempat ­fotocopy­-­an? Susah minta ACC dari dosen pembimbing? Atau apa lagi? Hah? Susah ketika gagal move on ama Sang Mantan? Udahlah... Biasa aja kelesss... Semua mahasiswa dimuka bumi ini juga ngerasain yang kayak gitu (ngga tahu juga yaa kalau mahasiswa yang kuliah diluar planet bumi kayak gitu juga apa ngga). Begitu pula aku, sekitar dua tahun yang lalu. Namun, jika tak kunjung dikerjakan, percumalah perjuangan kita selama delapan semester (kalau tidak molor) dalam menggali ilmu dibangku Perguruan Tinggi.

Buat kamu yang sekarang merasa paling menderita di dunia saat menunaikan ibadah skripsi, seharusnya kamu bersyukur telah hidup dijaman sekarang. Suatu jaman yang sudah mengenal listrik, komputer, mbah google, pakde yahoo atau bulik twingine sebagai tempat bertanya saat pikiran lagi buntuaplikasi SPSS untuk mengolah data quantitativeebook, motor, mobil, smartphone super duper canggih, atau beberapa kemudahan di dunia teknologi dan informasi lainnya. Ya! Seharusnya kita bersyukur! Bayangin kita hidup di jaman yang masih mengenal lampu minyak (ublik dalam bahasa jawa) sebagai sumber penerangan. Bayangin kita hidup di jaman yang masih menggunakan mesin ketik kelurahan sebagai wahana mengetik buah pikiran kita, ngga kebayang kita harus membawa kesana-kemari mesin ketik itu. Bayangin kita hidup di jaman yang masih mengenal sepeda, cikar, atau becak sebagai sarana transportasi atau belum mengenal handphone sebagai sarana komunikasi. Misal nih ya... kita tinggal di Tulungagung, saat kita mau konsultasi ke dosen pembimbing yang berdomisili di Surabaya, kita bela-belain tuh naik sepeda pancal ke sana (Yah, yang namanya semisal, boleh-boleh aja dong contohnya radak hiperbola). Eh, sesampainya disana, sama orang rumah dibilangin kalau Sang Dosen sedang pergi keluar kota. Nahlo, apa ngga langsung pengen nelen kunci inggris, bentur-benturin kepala ke tembok, kemudian ikutan melancong naik roketnya Neil Armstrong pergi ke bulan terus dijatuhin ke Antartika lalu maen kelereng ama beruang kutub (hallaaah... mulai deh...). Bayangin kita hidup di jaman yang masih belum mengenal SPSS dan kita harus menggunakan kalkulator atau bahkan sempoa  untuk ngitungin data quantitative kita. Beee... Ngga kebayang repotnya... Bayangin kita hidup di jaman yang masih belum mengenal ebook, sudah barang pasti kita akan kian sering ngapelin  buku di Perpustakaan dan menenteng buku seabreg sebagai sumber referensi. Dan ini yang paling penting buat mahasiswa jaman sekarang yang tak dapat di-nafi-kan lagi, bayangin kita hidup di jaman yang masih belum mengenal mbah google, pakde yahoo, bulik twingine atau sekeluarganya sebagai tempat bertanya saat pikiran lagi buntu. Waduh, bisa-bisa akan bertanya ke mbah dukun atau pohon disamping makam untuk menyelesaikan skripsinya. So, there is no reason for not being grateful to God because Allah makes everything so easy.

Well, berbicara tentang skripsiku, rasanya baru kemarin aku berjibaku (jiah...bahasa mana tuh) dengannya menggunakan laptop pinjaman karena laptopku broken, se-broken hatiku kala itu. Wah... rasanya udah ngga karu-karuan tuh ngerjain skripsinya. Apalagi jika disinggung jurusanku ketika S1. Yap! Tepat sekali. Semua juga tahu kalau aku adalah mahasiswa Tadris Bahasa Inggris. WHOTTS??? I mean, what? Orang yang dari orog berlidah jawa tulen, suka makan singkong dan onde-onde disuruh mengerjakan skripsi memakai bahasanya Queen Elisabeth? Rasanya itu udah kayak Didi Kempot memakai baju dalang disuruh nyanyiin lagu seriosa menggunakan bahasa ItalyBut yah, my thesis must go on and step by step I did it wobbly.

Beruntung, dosen pembimbingku terkenal care, baik hati, tidak sombong dan suka menolong mahasiswanya. Ya, tidak lain tidak bukan, beliau adalah Bapak Dr. Susanto, S. S, M. Pd. Sehingga dengan waktu yang mepet yang tinggal tiga atau dua bulan aku dapat menyelesaikan skripsi serasa naik kereta shinkansen. Bukan karena aku mempunyai otak yang encer sehingga skripsiku cepat selesai, namun beliau-lah yang banyak membantuku. Jika terdapat revisi, beliau memberikan advice  bagaimana pembenarannya bahkan beliau sendiri yang menulis kalimatnya. Aku juga ngga pernah merasakan susah ketika menjumpai beliau, bahkan kadang beliau yang menunggu aku ketika akan bimbingan (What?? Mahasiswa macam apa aku ini??). Begitu juga saat ujian skripsi, disaat teman-teman sebimbinganku berjuang sendiri di medan tempur, pria yang akrab di sapa Pak Santo itu justru menjadi Penguji Utamaku. Walhasil, beliau memutuskan untuk tidak menanyaiku (Yaa tanya sih, tapi sedikit banget...).

Untuk benda bercover kuning ala spongebob ini, telah banyak yang aku korbankan, baik secara materi, pikiran, tenaga dan tentunya korban perasaan. Yaa... benar saja, kala itu memang perasaanku dirundung kegalauan yang tiada tara hingga aku memutuskan untuk mengambil gelombang terakhir pada pengajuan proposal skripsi. Selain mendapat amanah menjadi Ketua saat PPL dan KKN yang tentunya tak bisa jika kuduakan dengan skripsiku, konflik batin juga terjadi manakala pria yang terlambat puber ini mengalami serangan virus merah jambu yang mengakibatkan jatuh pada luka hati terdalam (asyeeekkk...). Bagiku, selain me-manage waktu, me-manage hati lah kesulitan terbesarku dalam mengerjakan skripsi. Beruntung aku bangkit pada saat yang tepat sehingga muncullah motto yang kutuliskan dalam skripsiku, yakni:
“My extraordinary glory is not in never falling, but in rising everytime I fall.”

Menurut buku yang belum pernah kubaca dan belum pernah dicetak, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan skripsi tak bisa segera khatamPertama adalah rasa malas. Inilah momok yang menghantui hampir semua pejuang skripsi. Proses tersulit saat pengerjaan skripsi itu bukan pada saat mengumpulkan, menganalisa, dan mengolah data atau bahkan saat  finishing touch, namun proses tersulit adalah saat akan memulai mengerjakan. Boro-boro pergi ke Perpustakaan untuk meminjam buku dan dibaca, mau membuka buku aja udah merasa mual. Boro-boro malam-malam sudi nglembur  mengerjakan skripsi, bantal dan guling lebih menggoda untuk ditemani. Ayolaaah... This world is for those who want to fight, gaezzzz...

Kedua adalah rasa takut. Bukan takut akan pocong, kuntilanak, gendruwo, wewe gombel atau yang sederajat, namun lebih takut jika tulisan kita dibaca orang lain, terlebih dibaca pembimbing atau penguji skripsi nantinya. Padahal, tugas beliau-beliau kan memang untuk mengkritisi hasil karya kita. Udahlah, mau sebagus dan se-perfect  apapun skripsi kita pastilah ending-nya nanti akan tetap ada yang perlu direvisi. Tulis saja apa yang ada dibenak kita, masalah nantinya terdapat yang perlu dibenahi, urusan belakangan. Maklumlah, namanya juga masih dalam taraf belajar. Toh, katanya orang-orang kan al insanu mahalul khoto’ wa nisyan. Jadi, don’t be afraid in typing your thesis and you gotta go with the flow! Kalau boleh mengutip ungkapan seorang tokoh fenomenal islam, beliau adalah Nabi Muhammad SAW yang bersabda:
“Tinta bagi seorang pelajar lebih suci nilainya daripada darah seorang martir”

Keempat adalah rasa (heh, keempat gimana tho, masih ketiga kellesss..jenuh. Saat kita sedang melakukan suatu pekerjaan (apapun itu) akan tiba pada suatu titik jenuh. Suatu perasaan suntuk karena terus-terusan mengubek-ubek suatu hal yang sama terlalu lama. Ketika kita akan membuka laptop untuk mengetik buah pikiran kita dalam file Microsoft Word, ego kita lebih mengarahkan kita untuk membuka winamp, GOM player, game, google chrome atau mozilla firefox untuk membuka situs jejaring sosial seperti facebook, twitter, instagram, path, dan kawan-kawannya. Sungguh hati ini akan lebih mudah jika diarahkan ke hal yang lebih menarik hati kita (paling tidak terjadi pada diriku sendiri). Semua itu karena apa? Yap! Jenuh! Bolehlah sesekali kita mencari pelampiasan, namun jangan keseringan. Bahkan kala itu aku memutuskan untuk tidak membuka facebook (situs jejaring sosial yang paling kusuka saat itu. Haha, hingga saat ini juga deng) selama sekitar sebulanan hingga skripsiku selesai. Dan aku berhasil. Skripsiku pun selesai. Yang terpenting adalah dibutuhkan komitmen untuk berubah (kayak power rangers aja pakai acara berubah).

Keempat (nah yang kali ini baru yang keempat ) adalah rasa putus asa. Biasanya mahasiswa putus asa karena berulang kali pekerjaannya dirasa kurang benar menurut dosen pembimbingnya. Revisi lagi revisi lagi. Contohnya, ada suatu teks yang dahulu diminta untuk mengganti begini. Saat sudah diganti begini, diminta untuk dihapus. Saat sudah dihapus, diminta untuk mengganti seperti yang pertama kali. Terus jika sudah begini, mahasiswa musti gimana? Haha, yasudalah nikmati proses ini. Putus asa juga muncul manakala seorang mahasiswa tak kunjung mendapat referensi atau data yang relevan padahal sudah dibela-belain mondar-mandir kesana kemari. Tapi sekali lagi kubilang, semua mahasiswa juga mengalami itu, ngga kamu sendiri woi! Jadi ngga usah merasa sok paling menderita didunia ini. Never give up, dude!

Kelima adalah sempurna ditambah dengan susu (Nahlo, ini sedang ngomongin apa sih??). Haha, setelah kucari-cari kok belum ketemu yang kelima, cukup empat saja deh. Atau ntar kalau udah ketemu, pembaca kukasih tahu deh, syaratnya silakan meninggalkan contact person pada kolom komentar dibawah ini agar bisa kuhubungi. Hehe, modus.

So, buat kamu sekalian, adik-adikku yang kini masih ogah-ogahan mengerjakan skripsi, wake up, guys! Kini saatnya kamu bangkit. Sudah bukan saatnya lagi untuk menunda-nunda pekerjaan. Never put till tomorrow what you can do today (HR. Buku Sidu). Mau berapa semester lagi ingin menjadi penghuni kampus? Ngga malu ama umur tuh? Diluar sana sudah banyak yang menunggu dharma bakti-mu. Prinsipnya begini lho, seorang Mohammad Khadziqun Nuha yang pada dasarnya ngga tahu apa-apa tentang dunia penelitian ini saja bisa selesai, masak kamu ngga bisa? Skripsi yang bagus ialah skripsi yang selesai. Mau sebagus apa kata-kata yang ingin kita rangkai dalam skripsi, namun jika skripsi kita tak kunjung selesai juga nonsense namanya. Kalau boleh, aku mau mengutip ungkapan pakde Donny Dhirgantoro dalam bukunya yang berjudul 5 cm pada halaman 362 dan 363 yang berbunyi:
“Setiap kamu punya mimpi atau keinginan atau cita-cita, kamu taruh disini, didepan kening kamu, jangan menempel. Biarkan dia menggantung, mengambang 5 centimeter didepan kening kamu. Jadi dia ngga akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari dan percaya bahwa kamu bisa. Apapun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri kalau kamu percaya sama keinginan itu dan kamu ngga bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apa pun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, atau keyakinan diri.
Biarkan keyakinan kamu 5 centimeter menggantung mengambang didepan kening kamu. Dan, sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang berjalan lebih jauh dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa.
Dan kamu akan selalu dikenang sebagai seorang yang masih punya mimpi dan keyakinan, bukan cuma seonggok daging yang hanya punya nama. Kamu akan dikenang sebagai seorang yang percaya pada kekuatan mimpi dan mengejarnya, bukan seorang pemimpi saja, bukan orang biasa-biasa saja tanpa tujuan, mengikuti arus dan kalah oleh keadaan. Tapi seseorang yang selalu percaya akan keajaiban mimpi keajaiban cita-cita dan keajaiban keyakinan manusia yang tak terkalkulasikan dengan angka berapapun. Dan kamu ngga perlu bukti apakah mimpi-mimpi itu akan terwujud nantinya karena kamu hanya harus mempercayainya. Percaya pada 5 centimeter di depan kening kamu”
Nahlo, itu tadi mengutip apa malah retyping kok panjang kali lebar kali tinggi (volume kelles...). Kenapa ngga satu buku aja sekalian dikutip?? Tapi whatever-lah mau komentar apa, habisnya kata-katanya doi cool  banget sih...

Terakhir, disini aku hanya ingin mangucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantuku untuk menyelesaikan skripsiku baik secara langsung maupun tidak langsung yang belum sempat kusebut dalam lembar dedikasi skripsiku kemarin. Terimakasih kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Terimakasih kepada ibu yang telah melahirkan, merawat dan mendidikku. Terimakasih kepada abah yang telah memberikan nafkah kepada keluarga dan membesarkanku hingga kini. Terimakasih untuk adik-adik kandung, adik ponakan, adik ketemu gede-ku. Terimakasih kepada teman-temanku di TBI C angkatan 2009. Terimakasih kepada teman-temanku di TBI khususnya rekan-rekan ESA. Terimakasih kepada laptopku compaq yang telah masuk museum dan laptop acer. Terimakasih untuk motorku yang selalu menemaniku kemanapun dan ngga pernah mengeluh. Terimakasih kepada Pak Satpam, Pak Edos, fotocopy-anTholib, fotocopy-an Rizky, fotocopy-an Samjaya, emak-emak yang jualan dikantin, bapak-bapak tukang kebun kampus, mas-mas takmir masjid, gazebo, signal  WIFI kampus, berbagai buku dan ebook, tas yang selalu menemaniku, printer epson-ku, kertas A4, tinta, indomie yang jadi sahabat saat bokek  dan semuanya deh pokoknya yang sudah berjasa padaku. Teruntuk semua guru-guruku di TK Dharma Wanita Mojosari, SDN Mojosari 2, SMPN 2 Kauman, dan SMKN 3 Boyolangu, ustadz-ustadzah-ku di TPQ Al Manshur, Madrasah Roudlotuth Tholabah Mojosari dan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Wonokromo serta dosen-dosen STAIN Tulungagung yang telah membimbingku baik yang masih hidup maupun telah meninggal (bagi yang telah meninggal, teriring doa, allahumaghfirlahum warhamhum wa ‘afihim wa’fu ‘anhum), aku ucapkan terimakasih. Jazakumullah Khairan Katsiran Wa Jazakumullah Ahsanal Jaza.

Last but not least (hadeeeh... padahal tadi sudah terakhir...), atasnama pribadi dan seluruh personil cherrybelle, aku memohon doa restu kepada seluruh pembaca tulisanku ini yang sudah setia membaca hingga akhir karena insya allah semester ini aku akan menjalankan ibadah tesis. Mohon bantuan doa agar diberikan kelancaran dan tiada halangan suatu apapun sehingga dapat lulus dengan hasil yang memuaskan. Allahumaaa...(Heiii...Bilang Aamiin dong!)



0 komentar:

 
;