Blue Fire Pointer
Selasa, 07 Juli 2015

LAKUKAN SEWAJARNYA

LAKUKAN SEWAJARNYA
Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha



Sebagai ciptaan Tuhan yang berinteraksi dengan orang lain tentunya kita pernah mencintai atau membenci seseorang. Energi yang yang tersimpan dari rasa cinta dan benci pada dasarnya adalah saling timbal balik namun pada hakekatnya adalah sama. Pada awalnya rasa cinta dan benci berujung pada satu sumber yakni perhatian. Bedanya, manakala kita sedang mencintai akan terfokus pada hal-hal yang positif seperti ketampanan, kecantikan, jujur, humoris, inner beauty, kemapanan, kemandirian, kedewasaan dan berbagai hal positif lainnnya. Sedangkan manakala kita sedang membenci seseorang maka fokus kita adalah perasaan jelek seperti jahat, snewen, bikin kesel, usil, membuat marah serta hal lain yang bernada negatif. Artinya, selagi seseorang itu mempunyai perhatian terhadapmu (meski dengan perasaan benci), sangat mungkin jika suatu hari nanti akan berbalik 180 derajat menjadi mencintaimu, begitu juga berlaku sebaliknya. Bahkan dibeberapa kasus juga terjadi perasaan yang campur aduk menjadi satu yakni cinta tapi benci atau benci tapi rindu. Namun yang perlu digarisbawahi disini adalah lakukan sewajarnya.

Tiba-tiba aku tertarik dengan hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi yang berbunyi:
احبب حبيبك هوناما، عسى ان يكون بغيضك يوماما وابغض بغيضك هونا ما، عسى ان يكون حبيبك يوماما

“ahbib habiibaka haunammaa, asa’an yakuuna baghidhaka yaumammaa wa abghidh baghidhaka haunammaa, asa’an yakuuna habiibaka yaumamma”
Artinya : 
“Cintailah kekasihmu (secara) sedang-sedang saja, siapa tahu disuatu hari nanti dia akan menjadi musuhmu; dan bencilah orang yang engkau benci (secara) biasa-biasa saja, siapa tahu pada suatu hari nanti dia akan menjadi kecintaanmu” (Riwayat Turmidzi)


Cinta merupakan anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada setiap manusia . Cinta bukan sekedar teori namun lebih dari itu, cinta merupakan perasaan yang tak dapat diungkapkan melalui kata-kata. Faktanya adalah sebagai berikut, manakala kita sedang jatuh cinta, atau dekat dengan orang yang sedang kita cintai, maka jantung akan berdegup lebih kencang dari biasanya, badan ini akan gugup sementara untuk berfikir otak pun tertutup. Oleh karena itu orang yang sedang jatuh cinta sering salah tingkah serta bertindak diluar batas kewajaran.

Bukankah hidup ini penuh dengan kejutan? Terkadang cinta datang dengan cara yang tak terduga bahkan tak pernah terbersit dalam benak kita untuk memiliki rasa itu. Namun apabila perasaan itu telah tiba, kita tidak akan bisa menghindar atau berlari menjauh. Hanya Allah yang menggerakkan hati setiap hamba-Nya. Dia juga lah yang menghadirkan perasaan itu. Namun bila rasa itu telah hadir pada diri kita, alangkah bijaknya kalau menyikapinya dengan sewajarnya, tidak berlebihan serta tidak pula terlalu apatis. Kalau mengutip sebuah lirik lagu yang berbunyi "yang sedang-sedang saja". Tidak ada yang kekal didunia ini, termasuk perasaan seseorang yang dapat fluktuatif.

Setali tiga uang dengan membenci seseorang. Sangat tidak dianjurkan untuk membenci orang setengah mati. Memang wajar manakala kita memiliki perasaan marah terhadap orang yang telah menyakiti hati kita, namun pilihan untuk memaafkan orang tersebut selalu kita punya. Lebih lanjut, sebagai makhluk sosial tentunya kita tidak dapat selalu menghindar dari orang yang kita benci. Sekali lagi, lakukan sewajarnya.Mengapa? Karena orang yang hampir membunuh Rasulullah pun kini terbaring di sebelah makam beliau.

Meskipun kebanyakan orang mengandalkan gerak tubuh, ternyata masih banyak signal lain yang menunjukkan orang tengah membenci kita, diantaranya adalah sebagai berikut Pertama, orang akan selalu membelakangi kita. Sesibuk atau sejauh apapun orang, apabila sedang tidak membenci kita akan menghadap kepada kita apabila sedang bertemu dengan kita. Lain soal apabila orang sedang membenci kita, dia akan enggan untuk menatap muka kita. Kedua, menghindari kontak mata. Pendengar yang baik akan selalu memperhatikan lawan bicaranya baik dengan senyuman, tatapan mata atau gerakan yang menimbulkan orang nyaman berbicara dengan kita. Jika orang membenci kita, dia akan menghindari kontak mata baik dengan cara menunduk, berbicara dengan orang lain atau bermain handphone sendiri. Tentunya kita merasa jengkel bukan apabila menerima perlakuan seperti itu? Sudah dipastikan dia tengah membencimu. Ketiga, tidak mau mendekat dengan kita. Kedekatan fisik biasanya menandakan bahwa tidak ada masalah antara dua insan. Namun berbeda dengan orang yang bermusuhan. Dia akan berusaha untuk menjauh darimu.

Saudaraku! Semua itu wajar manakala kita berinteraksi secara sosial. Namun yang tidak wajar adalah jika melakukannya secara berlebihan. Baik rasa cinta atau benci itu sepatutnya sekedarnya saja. Karena baling -baling kipas angin itu berputar, kadang berada diatas, dibawah, disamping kanan atau kiri. Begitu juga dengan perasaan manusia yang bisa berubah. Jadi, ketika kita mencintai seseorang, tidak usahlah melakukannya hingga berjanji akan mati saja jika tidak dengan orang yang kita cintai itu. Tidak usah pula kita menghujat, mencaci maki, atau membenci habis-habisan orang lain.  As we know, love and hate are often described to be something diametrically opposed, in this case, it is impossible to speak about hating the one we love without engaging in a logical contradiction. Love can become a fertile ground for the emergence of hate. When the intensity and intimacy of love turns sour, hate may be generated, and vice versa.

#mkn

20 Ramadhan 2015

0 komentar:

 
;