Blue Fire Pointer
Senin, 01 Februari 2016

KADANG BAHAGIA ITU SEDERHANA


KADANG BAHAGIA ITU SEDERHANA
Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha


.
Beberapa hari yang lalu aku bertemu dengan salah seorang dosen speaking dan Pragmatics ketika S1. Beliau adalah Ma'am Erna Iftanti yang mengendarai motor bersama putrinya. Aku yang sok akrab langsung menjabat tangan beliau.

"Lhoh, masih disini, nak?", ungkap dosen yang suka memanggil mahasiswanya dengan sebutan "nak" itu. Sebutan yang membuat mahasiswa-mahasiswinya nyaman diampu beliau.
"Iya, Ma'am. Ini tadi baru saja 'main' di HMJ TBI", Jawabku sekenanya.
"Sebentar, ini Khadziqun Nuha itu kan?", belum sempat aku menjawab pertanyaan beliau, beliau melanjutkan, "Tahu kenapa saya ingat, nak?"
"Iya Ma'am, kok bisa masih ingat?", tanyaku penasaran.
"Karena waktu mata kuliah speaking dahulu kamu pernah memerankan sebagai Norman Kamaru. Saya ingat sekali itu", ungkap beliau. Dalam hatiku, bukan hanya sebagai Norman Ma'am, saya juga pernah menjadi reporter TV, orang yang di hipnotis Deddy Corbuzier dan masih banyak lagi ketika speaking.
.
Yah, bahagia itu sederhana. Seperti, masih diingat nama kita oleh dosen meski telah tiga tahun tak berjumpa. Rasanya lebih bangga daripada mendapat penghargaan sebagai juara kelas, peraih hadiah nobel, mendapat uang sekarung atau apalah apalah. Hal kecil seperti ini yang kadang membuat speechless. Terimakasih Tuhan, terdapat satu lagi alasan hamba bersyukur untuk menjadi makhluk-Mu.

0 komentar:

 
;