Blue Fire Pointer
Jumat, 05 Februari 2016

NIKAH ITU HANYA SOAL WAKTU

NIKAH ITU HANYA SOAL WAKTU
Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha




Pertanyaan paling sensitif yang ditujukan kepadaku untuk saat-saat ini adalah...
“PAK NUHA, KAPAN NIKAH?”

Udah deh, kalau ada yang bertanya seperti itu langsung berasa bumi ini berhenti berputar, tiba-tiba ruang waktu disekitarku kayak slow motion, dan kayak ada yang membisikkan lagu mellow disekitar telingaku. Maksudnya, plis bisa ngga sih di skip saja pertanyaan itu dari muka bumi ini? Kalau perlu aku mau mengusulkan ke MUI untuk membuat fatwa agar hukumnya haram untuk menanyakan itu kepada setiap orang yang masih belum memiliki pasangan. Aku akan memperjuangkan emansipasi jomblo.


Manakala ada yang bertanya seperti itu, dalam hatiku ingin menjawab, bukan aku ngga mau menikah, aku juga lelaki normal yang memiliki hasrat kesitu, hanya saja belum ada yang beruntung untuk mendapatkan hatiku. Atau begini sajalah, berhentilah menanyakan kapan aku nikah, bawakan calonnya didepan mataku. Nikah itu hanya soal waktu dan semua akan nikah pada waktunya. Karena kuyakin, jodoh rizqi dan ajal adalah suratan takdir, sebuah ketetapan Allah yang penuh dengan misteri kapan akan terjadi. Ecieee saya... Tumben ngomongnya sok bener.

Nikah itu bukan soal seberapa cepat kita untuk mengakhiri masa lajang. Namun seberapa gigih kita menyatukan dua hati dan dua keluarga. Iya, nikah itu soal hati. Apalah artinya segera menikah kalau nantinya hatinya tidak nyaman dan tentram. Nikah juga menyatukan dua keluarga. Didalam keluarga, terdapat beberapa aspek yang musti dipersatukan terlebih dahulu sebelum dua insan memutuskan untuk melakukan ijab qobul.

Lagipula, berdasarkan ilmu ekonomi yang belum pernah kupelajari, barang yang cepat laku adalah yang murahan. Bagi mereka yang belum (sekali lagi, BELUM!!!) memiliki pasangan hidup adalah yang mahal. Jadi tidak perlu risau jikalau jodoh tak kunjung datang, anggap saja kita (termasuk aku) ini merupakan makhluk eksklusif yang diciptakan Tuhan untuk calon pendamping yang berkelas yang setara dengan kita.

Selain itu, sampai akhirnya memutuskan untuk menikah, menurutku juga perlu kematangan. Tak hanya matang secara financial, perlu matang secara pola pikir, emosional, spiritual dan beberapa aspek lainnya. Karena menikah tak hanya untuk sehari dua hari saja, namun sekali untuk seumur hidup, hingga maut memisahkan keduanya. Bahkan kalau bisa diakhirat nantinya akan dipersatukan dalam ikatan suci.

Rasa nyaman juga diperlukan hingga akhirnya sepasang calon pengantin memutuskan untuk menikah. Definisi nyaman adalah disaat kita merasa telah menemukan pujaan hati yang sesuai dengan kriteria kita dan kepada yang lain, kita tidak tertarik. Rasa nyaman ini akan datang sendirinya seiring berjalannya waktu namun tidak semudah mengedipkan mata. Dan disaat kau telah menemukan orang yang telah membuatmu merasa nyaman, perjuangkan dan jangan sampai terlepas! Trust me! It works.

Buat kalian yang suka mem-bully-ku karena aku tak kunjung menikah, sebenarnya mudah bagiku untuk mendapatkan pasangan. Ngga, bukannya sombong, secara teman perempuanku banyak, jadi kalau aku mau, tinggal gebet saja salah satu dari mereka. Namun, kalau merujuk pada definisi “nyaman”, tak mudah kutemukan kriteria seperti itu. Karena rasa nyaman tak bisa dipaksa dan tak bisa rekayasa, harus berasal dari lubuk hati terdalam. Dan, tulang rusuk tak akan pernah tertukar dengan tulang belulang.

Teruntuk calon pemilik telapak kaki surga bagi putra putriku kelak, calon pengucap aamiin setelah al fatihah yang kulantunkan disetiap sembah sujud yang kita lakukan secara berjamaah, calon pemilik serpihan tulang rusukku yang tertulis di lauhul mahfudz... Ketika membuat tulisan ini aku belum mengetahui siapa dirimu. Hanya saja, aku berjanji atasnama Allah Dzat Penguasa seluruh alam, aku ngga akan pernah mengecewakanmu jika Dia telah mempertemukanku denganmu. Dan pada saat waktunya kelak, aku akan menunjukkan tulisan ini untuk menunjukkan betapa gigih aku berjuang untuk mengetahui siapa pemilik hatiku ini. Siapa yang pantas dan layak untuk kuperjuangkan dengan sepenuh hati, bi idznillah.

0 komentar:

 
;