Blue Fire Pointer
Jumat, 05 Februari 2016

KALAU INI MAH LEBIH DARI BAHAGIA


KALAU INI MAH LEBIH DARI BAHAGIA
Oleh : Mohammad Khadziqun Nuha
.


Masih ingat beberapa hari yang lalu aku membuat tulisan tentang bahagia itu sederhana? Nah, tadi aku juga mengalami hal hampir serupa. Iya, hampir. Suatu kejadian yang dapat membuatku senyum-senyum sendiri. Kadang aku berfikir, wah... Kok bisa seperti itu ya?
.
Jadi, aku tadi berangkat ke Masjid samping rumahku agak belakangan karena sebelumnya masih terdapat rapat di sekolah. Tanpa ba bi bu aku langsung menuju ke tempat wudhu. Tak kurasa kulihat seseorang dari kejauhan yang sudah tidak asing lagi diingatanku. Tapi pikirku, ah nanti saja kutemui, aku mau ambil air wudhu dulu. Sudah terlambat ini Sholat Jum'atnya.
.
Rasa penasaran membawa langkah kakiku mendekati beliau serta langsung menjabat tangan beliau seraya berkata, "Masih mengajar di SMP, pak?". Kuliat rona kelelahan diwajah Bapak yang tengah melepas sepatunya itu.
"Iya. Hadziq kan?"
Mak jebrettt... Udah deh, rasanya melebihi kejatuhan durian runtuh, duit 3 karung, ama bidadari tercantik seantero surga. Coba bayangkan! Biar kuhitung, sudah berapa tahun aku tidak berjumpa beliau. Satu tahun, dua tahun, tiga, ... Hah? Sejak 2006? Itu kalau dihitung-hitung sudah 9 tahun hingga sekarang dan, beliau masih mengingat namaku? Yang bahkan aku sendiri hanya samar-samar mengingat nama beliau, Kalau tidak salah beliau adalah Bapak Asrofi. Iya, kalau tidak salah (Hah? Siswa macam apah aku ini?)
.
Kalau beliau masih fashih menyebutkan namaku tidak heran. Secara, beliau adalah guru agama. Pak Asrofi, kalau tidak salah, juga pernah menjabat sebagai wali kelasku ketika kelas tiga. Figur yang sering memberikan nasihat kepada kami. Kalau tidak salah (pula), beliau tinggal di Kota Patria, jadi tidak heran kalau tadi beliau singgah di Masjid dekat rumahku untuk melaksanakan Sholat Jum'at.
.
Inti dari tulisan ini adalah, untuk menjadi siswa yang diingat guru kita itu sangat mudah, kalau ngga yang pinter yaa yang nuakalnya ngga ketulungan. Maksudnya, kalau kita pinter, yaa puinter sekalian. Kalau nakal? Mending nakal sekalian. Yaa... maksudnya nakal yang wajar ala anak-anak. Kalau kita dalam kategori siswa standar bin biasa-biasa saja. Jangan harap dapat diingat guru bahkan teman-teman sekelas kita. Masalahnya, aku masuk kategori yang mana?

0 komentar:

 
;